Tokoh-tokoh wayang Jawa hingga saat ini masih saja menjadi salah satu hal yang menarik untuk mengenalinya. Pasalnya, sifat dan cerita dari setiap tokoh wayang itu memiliki nilai-nilai sosial yang dapat menjadi pelajaran.
Pada kesempatan ini, kita akan membahas tokoh wayang Dewi Kunti. Bagi kamu yang ingin mengenal lebih jauh tokoh wayang ini, bisa langsung simak berikut ini:
Baca Juga: Mengenal Dewi Arimbi, Tokoh Wayang Jawa Mengajarkan Ketulusan Hati Lebih Indah dari Perwujudan Fisik
Silsilah Dewi Kunti
Dewi Kunti diceritakan putri kandung Surasena seorang raja Wangsa Yadawa, dan diangkat sebagai putri oleh Kuntiboja. Dewi Kunti merupakan saudara Basudewa, ayah dari Baladewa, Kresna, dan Subadra. Ia juga merupakan ibu kandung Yudistira, Werkodara (Bima), dan Arjuna dan juga adalah istri pertama Pandu yang sah.
Selain itu Kunti juga ibu kandung Karna. Sepeninggal Pandu, ia mengasuh Nakula dan Sadewa, anak Pandu dan Madri.
Baca Juga: Mengenal Semar, Tokoh Wayang Jawa Punya Fisik Bulat dan Bersifat Jujur dan Tulus
Fisik Dewi Kunti
Dalam pewayangan, Dewi Kunti digambarkan muka tumungkul, bermata liyepan, hidung lancip dengan mulut salitan. Dewi Kunti juga digambarkan bermahkota gulung keling dengan hiasan jamang sadasaler, sumping prabangayun.
Baca Juga: Mengenal Batara Surya, Tokoh Wayang yang Dikenal Memiliki Watak tidak Suka Marah
Sifatnya sangat cocok ditiru para ibu-ibu
Dewi Kunti memiliki sikap dapat dicontoh para ibu-ibu dalam komunikasi antara ibu dan anak. Pasalnya, Dewi Kunti memiliki sikap mengajar anak seperti wedi, isin, sungkan; sepi ing pamrih, rame ing gawe; dan narima.
Sikap wedi mendorong anak memiliki rasa takut akibat dari tindakan buruk yang dilakukan.
Sikap isin memicu anak memiliki rasa malu, terlebih jika melakukan hal yang tidak berkenan.
Sikap sungkan mendidik anak untuk memiliki rasa segan, khususnya untuk menghormati orang lain atau orang yang belum dikenal.
Sikap narima mendidik anak untuk menerima apa yang didapatkan dan mendorong sikap ikhlas.
Sikap sepi ing pamrih, rame ing gawe mendorong anak untuk menjalankan kewajiban tanpa harus berpatokan dengan besar-kecilnya imbalan yang diberikan.