Songsong, Payung Unik dari Jawa yang Pemiliknya Sosok Bangsawan dan Tidak Bisa Dipakai Sembarangan

Songsong, Payung Unik dari Jawa yang Pemiliknya Sosok Bangsawan dan Tidak Bisa Dipakai Sembarangan

Alpandi Pinem
2020-08-24 16:17:49
Songsong, Payung Unik dari Jawa yang Pemiliknya Sosok Bangsawan dan Tidak Bisa Dipakai Sembarangan
Songsong (Istimewa)


Songsong merupakan sebutan untuk sebuah payung dalam budaya Jawa. Songsong merupakan bentuk halus atau biasa disebut sebagai kromo inggil dari kata payung. Songsong biasa digunakan sebagai bahasa sehari-hari di keraton, jika sedang berbicara dengan raja atau orang yang lebih tinggi derajatnya.

Dilansir dari Boombastis.com, Songsong di sini memiliki fungsi sebagai penanda kelas sosial, biasanya hanya raja yang memiliki songsong jenis gubeng, bawat, dan agung. Bisa ditandai dari susunan payungnya yang berjumlah tiga. Pemilik songsong tersebut berhak dihormati tidak berbatas ruang dan waktu.

Bagaimana cara membedakan kelas bangsawan yang memiliki songsong? Tinggal melirik warna cat dan streepnya saja. Bambang Sularto menuliskan dalam buku berjudul “Upacara Labuhan Kesultanan Yogyakarta” bahwa setiap keturunan raja pasti memiliki bentuk songsong yang sama, namun bisa dibedakan lewat warna cat dan streepnya.

Baca Juga : Ini Beberapa Motif Batik yang Haram dipakai Orang Biasa Saat Masuk ke Keraton Yogyakarta

Baca Juga : Janur Kuning Layu Pertanda Pengantin Tak Perawan di Jawa, Mitos atau Fakta?

Baca Juga : Ini Beberapa Mitos yang Dipercaya Hingga Saat Ini Menurut Budaya Jawa


Warna dasar seperti emas, putih, hijau, biru, merah tua, dan hitam biasanya menghiasi songsong agar terlihat dari jauh. Simbol strata tertinggi ditunjukkan oleh warna emas, sedangkan yang terendah ditandai oleh warna hitam.

Hal tersebut selaras dengan bagaimana orang mengartikan emas sebagai simbol keagungan sedangkan hitam sebagai pertanda duka atau kematian. Namun, walaupun berwarna hitam, songsong tetaplah songsong, masih tinggi derajatnya dibanding payung.

Ternyata penggunaan songsong pun ada aturannya dan tidak boleh digunakan sembarangan. Para bawahan raja tidak bisa asal menggunakan songsong ke manapun atasannya pergi. Keraton Kasunanan Sukakarta pada masa Pakubowono IV misalnya, menerapkan larangan bagi siapapun untuk menggunakan payung di kawasan keraton, kecuali keluarga raja yang bergelar pangeran.

Baca Juga : Ini Beberapa Mitos Jawa yang Paling Banyak Beredar di Masyarakat, Benarkah?

Baca Juga : Inilah 5 Filosofi Rumah Adat Jawa yang Kini Jarang Ditemui

Baca Juga : Kisah Misteri Gunung Salak yang Terdapat Kampung Setan Hingga Gemelan Mistis


Memang belum pernah ada catatan tertulis tentang mereka yang dihukum karena menggunakan payung sembarangan di area keraton. Namun, bisa diperkirakan bahwa ada sanksi yang harus dijalani ketika hal tersebut terjadi, mengingat bagaimana kuatnya budaya-budaya tradisional di tanah air kita ini.

Eksistensi dari songsong kini sudah tidak se-“agung” jaman dahulu. Dewasa ini, para ningrat dari keraton sudah diharuskan untuk mensejajarkan diri dengan rakyatnya. Sehingga, banyak abdi dalem yang sudah tidak membawa songsong lagi ke manapun ia pergi. Kini, songsong pun hanya bisa dilihat sebagai hiasan saja sambil dikenang fungsinya.


Share :
Tags : JawaSongsong

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30