Fakta-fakta Kasus Ebola di Kongo yang Terus Meningkat

Fakta-fakta Kasus Ebola di Kongo yang Terus Meningkat

Yuli Nopiyanti
2020-07-28 09:00:00
Fakta-fakta Kasus Ebola di Kongo yang Terus Meningkat
Sejumlah anak berjalan melewati dinding yang bertuliskan 'Ebola' di Monrovia, Liberia. Liberia melarang para awak kapal untuk berlabuh di negara-negara yang rentan epidemi Ebola. (Foto:Dok.AFP PHOTO/DOMINIQUE FAGET)

Ditengah pandemi virus corona yang masih belum mereda ternyata kasus Ebola di Republik Demokratik Kongo terus meningkat. Saat ini jumlah warga yang telah terserang penyakit tersebut berjumlah 60 orang.

"Penyakit ini aktif, tidak terkontrol," kata Direktur Program Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan dalam sebuah konferensi virtual pada Senin 27 Juli 2020.

Tak hanya itu saja bahkan Ryan juga ikut menyoroti praktik penguburan terhadap korban. Menurutnya hal itu dapat menjadi momen penularan dan penyebaran Ebola. 

Bahkan di kabarkan juga bahwa sejak Juni, sekelompok kasus Ebola terdeteksi di daerah Mbandaka. Wabah tersebut telah menyebar ke enam zona kesehatan, dengan 56 kasus tercatat. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan saat Ebola ditemukan di sana pada 2018 yakni sebanyak 54 kasus terkonfirmasi.

Baca Juga: Nonton Drakor di Korut Bisa Kena Hukuman Mati dari Kim Jong Un

"Merespons Ebola di tengah-tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung adalah kompleks, tetapi kita tidak boleh membiarkan Covid-19 mengalihkan kita dari penanganan ancaman kesehatan mendesak lainnya," kata Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti pada 17 Juli lalu, dikutip laman allAfrica.

Tak hanya itu saja abhkan Moeti juga mengatakan bahwa, kasus-kasus Ebola yang dilaporkan saat ini berada atau tersebar di daerah terpencil di hutan hujan lebat. 

"Ini menghasilkan respons yang mahal karena memastikan bahwa responden dan persediaan mencapai populasi yang terkena dampak sangat sulit," ujarnya.

Respons Ebola yang sedang berlangsung menghadapi kekurangan dana. Sejauh ini WHO telah mengucurkan  1,75 juta dolar AS yang hanya dapat bertahan beberapa pekan.

Berikut fakta-fakta munculnya kembali kasus virus Ebola di Republik Demokratik Kongo dihimpun dari berbagai sumber.

Kasus Virus Ebola Terdeteksi

World Health Organization (WHO) melaporkan adanya wabah baru virus Ebola di Wangata, Mbandaka, Provinsi Equateur, Republik Demokratik Kongo.

Kementerian Kesehatan Kongo mengungkapkan, hingga 1 Juni 2020 terdapat enam kasus Ebola yang terdeteksi di Wangata. Empat orang dinyatakan meninggal dan dua dalam perawatan.

Tiga dari enam kasus telah dikonfirmasi dengan uji laboratorium. WHO memperkirakan, kemungkinan akan ada lebih banyak pasien teridentifikasi karena meningkatnya pengawasan.

"Ini adalah pengingat bahwa Covid-19 bukan satu-satunya ancaman kesehatan yang dihadapi orang-orang," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dilansir dalam laman resminya pada Selasa, 2 Juni 2020.

"Meskipun perhatian kita banyak tertuju pada pandemi (Covid-19), WHO terus memantau dan menanggapi banyak keadaan darurat kesehatan lainnya," kata Tedros.

WHO Kirim Tim Khusus

Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika mengatakan badan kesehatan dunia tersebut akan mengirimkan tim untuk mendukung peningkatan respons kasus Ebola.

"Mengingat kedekatan wabah baru ini dengan rute transportasi yang sibuk dan negara-negara tetangga yang rentan, kita harus bertindak cepat," kata Moeti.

Baca Juga: Kasus Kematian COVID-19 di Surabaya Tertinggi, Pakar: Teradi Banjir Penularan

Dikutip dari Huffington Post, pasien Ebola terakhir yang dilaporkan di Kongo dinyatakan sembuh pada pertengahan Mei lalu. Hal ini membuat negara tersebut harus menunda status bebas wabah secara resmi.

Wabah Kedua

Gelombang wabah kedua virus Ebola yang mematikan di Democratic Republic of Congo (RD Kongo) atau Republik Demokratik Kongo (RD Kongo) terjadi, ketika wabah pertama tampaknya mulai berakhir. Hal itu dikonfirmasi oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) Senin 1 Juni 2020.

Dalam sebuah pengarahan di Jenewa Senin 1 Juni 2020, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa,2 Juni 2020, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, wabah baru ini terjadi dekat Kota Mbandaka di Provinsi Equateur.

Berbicara lewat radio setempat, Gubernur Provinsi Bobo Boloko Bolumbu juga memastikan adanya empat korban meninggal dunia.

Dia mengatakan, sampel-sampel telah dikirim ke INRC, markas riset medis nasional di Kinshasa, untuk konfirmasi kedua. Dia mendesak warga untuk tetap tenang, menjaga kebersihan dan tidak bersalaman.

Tahun 2018, Provinsi Equateur mengalami wabah Ebola yang menewaskan 33 orang sebelum akhirnya dikendalikan.

Di tempat lain, RD Kongo timur telah berusaha memberantas wabah virus mematikan itu sejak 2018. Wabah itu menewaskan lebih dari 2.240 orang. RD Kongo juga berusaha mengatasi wabah campak, yang terbesar di dunia, serta Virus Corona yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Tak hanya itu saja bahkan hampir 3.200 penderita Virus Corona telah dilaporkan di RD Kongo, menurut Universitas Johns Hopkins, yang melacak perebakan Covid-19. 72 orang dilaporkan meninggal dunia.

Serangan Kesebelas

Dikabarkan juga bahwa ni adalah serangan Ebola yang kesebelas di Republik Demokratik Kongo sejak wabah pertama pada tahun 1976.

Ada tiga wabah Ebola sejak 2017 di Kongo, yang saat ini juga memerangi epidemi campak yang telah menewaskan lebih dari 6.700 orang dan pandemi coronavirus, yang menginfeksi lebih dari 3.000 dan membunuh 72 penduduk.

"Itu terjadi pada waktu yang menantang, tetapi WHO telah bekerja selama dua tahun terakhir dengan otoritas kesehatan, CDC Afrika dan mitra lainnya untuk memperkuat kapasitas nasional untuk menanggapi wabah," kata Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika.

"Untuk memperkuat kepemimpinan lokal, WHO berencana mengirim tim untuk mendukung peningkatan tanggapan," kata Moeti.

Jadi Epidemi

Dikabarkan juga bahwa pada pertengahan Mei lalu, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyatakan tetap berkomitmen mengakhiri wabah Ebola di bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC). Setelah ditemukan kasus baru penyakit itu beberapa hari sebelum pihak berwenang DRC menjadwalkan mengumumkan epidemi tersebut berakhir.

Baca Juga: Sulit Dapat Kerja di Tengah Wabah Corona, Seorang Ayah Tega Jual Bayi Rp 8,7 Juta

DRC mengumumkan epidemi Ebola berakhir setelah dua periode inkubasi atau 42 hari berlalu tanpa ada kasus penyakit itu yang dikukuhkan.

Setelah 52 hari tanpa kasus Ebola, seorang laki-laki, usia 26 tahun, meninggal akibat penyakit itu di kota Beni.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, itu bukan kabar yang baik, tetapi sudah diperkirakan.

"Selama ini kami bersiap, dan memperkirakan, akan terjadi kasus lagi. Sayangnya, itu berarti pemerintah DRC tidak akan bisa mengumumkan berakhirnya wabah itu hari Senin, seperti yang diharapkan. Tetapi WHO dan semua mitra tetap bersiap dan berkomitmen bekerja sama dengan pemerintah, di bawah pengarahan pemerintah, masyarakat yang terimbas, dan mitra-mitra lain, untuk mengakhiri wabah tersebut," kata Tedros.


Sumber:Republika


Share :

HEADLINE  

Prabowo, Titiek dan Didit : Maaf Lahir dan Batin

 by Ramadhan Subekti

March 31, 2025 10:00:00


Prabowo dan Gibran Akan Salat ID di Masjid Istiqlal

 by Ramadhan Subekti

March 31, 2025 01:00:00


Azizah-Arhan Nonton Timnas Indonesia, Andre Rosiade Dikerjai

 by Dimarirenal

March 26, 2025 15:10:00