Tradisi ojung adalah tradisi saling pukul badan dengan saling memukul badan dgn menggunakan senjata rotan yg dimainkan oleh dua orang. kedua pesera ojung akan saling bergantian memukul tubuh lawannya.
Jika peserta satu memukul, maka lawannya akan berusaha menangkis dan menghindar, dan ritual yang mengharuskan seseorang meneteskan darah demi mendatangkan hujan ini bukan hanya mengerikan tapi juga dikenal sadis.
Ritual Ojung yang lebih dikenal berasal dari kota Bondowoso ini ternyata juga dilakukan di beberapa daerah seperti di daerah Tengger, Gunung Semeru dan di Pulau Madura. Perbedaaan dari ritual pada setiap daerah terletak pada tanggal pelaksanaannya. Di Bondowoso dan di Madura biasanya dilaksanakan di penghujung musim kemarau.
Baca Juga : Seram! Ini 4 Suku Pemburu Kepala Paling Mengerikan di Dunia, Salah Satunya di Indonesia
Baca Juga : Ini Beberapa Kesenian Tradisional di Indonesia yang Bernuansa Mistis
Baca Juga : Pengerebongan, Upacara Keagamaan Hindu yang Penuh Mistis
Lebih tepatnya lagi, di Bondowoso dilaksanakan sehari setelah acara Ghadisa, yaitu acara syukuran agar desa terjaga dari bencana. Lalu di Tengger, ritual Ojung dilakukan pada setiap hari raya Karo.
Dimana, yang mengerikan dari Ritual Ojung adalah cara mereka melakukannya, dimana dua orang pria saling berhadapan dengan memegang rotan dan bertelanjang dada. Kemudian pria tersebut bergoyang mengeikuti alunan musik tapi keduanya saling mencambuk dengan rotan yang sudah mereka pegang.
Setiap cambukan rotan tentu akan menimbulkan luka dan meneteskan darah. Kemudian setiap tetesan darah yang mengalir mengandung harapan agar bisa menurunkan hujan. Ritual Ojung yang mengerikan ini juga punya ketentuan tersendiri bagi pria yang ingin melakukannya.
Baca Juga : Bedolob, Pengadilan Sakral untuk Menyelesaikan Masalah Suku Dayak Agabag
Baca Juga : Merinding! Kisah Seram 7 Tradisi Pemakaman Teraneh di Seluruh Dunia
Baca Juga : Naik Dango, Ritual Hasi Panen Masyarakat Suku Dayak, Kalimantan Untuk Mereratkan Tali Persaudaraan
Dulu, pria yang boleh melakukan ritual ini hanya mereka yang sudah berusia 21-50 tahun. Kini Ritual Ojung ternyata mulai diikuti oleh anak laki-laki dengan usia yang masih tergolong muda yaitu 10-20 tahun.
Para petarung juga tidak boleh mengenai area wajah atau kepala termasuk juga kaki. Dalam ritual ini juga ada seorang wasit yang mengawasi, seorang pendamping bagi petarung dan dua orang lagi yang bertugas untuk menandai luka pada tubuh petarung. Kemudian setelah pertarungan selesai, kedua pria tersebut tetap harus bergoyang sambil bersalaman sebagai tanda tidak ada rasa dendam setelah bertarung.