Menjelang prosesi pemakaman Sinuhun Pakubuwono XIII, suasana Keraton Kasunanan Surakarta dipenuhi rasa duka dan khidmat. Sejumlah abdi dalem bersama masyarakat sekitar menggelar tahlil dan bedah bumi, dua tradisi yang menjadi bagian penting dalam prosesi adat Jawa untuk menghormati raja yang telah wafat.
Rangkaian doa dan tahlil dilaksanakan di lingkungan keraton sejak pagi hari. Para abdi dalem mengenakan busana adat lengkap dan memanjatkan doa bersama untuk mendoakan arwah Sinuhun agar mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Suasana berlangsung khusyuk, diiringi lantunan doa dan bacaan ayat suci Al-Qur’an yang memenuhi area keraton.
Selain tahlil, tradisi bedah bumi juga dilakukan di lokasi pemakaman yang telah ditentukan. Bedah bumi merupakan simbol penghormatan sekaligus persiapan spiritual sebelum prosesi pemakaman raja dilaksanakan. Dalam tradisi ini, tanah makam digali dengan penuh tata krama dan disertai doa-doa khusus sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi almarhum.
Beberapa sesepuh keraton menyebut bahwa tahlil dan bedah bumi bukan sekadar ritual adat, melainkan juga wujud bakti dan cinta abdi dalem kepada Sinuhun Pakubuwono XIII. “Ini adalah bentuk penghormatan terakhir kami. Sinuhun adalah panutan, beliau pemimpin yang lembut dan bijaksana,” tutur salah satu abdi dalem senior di sela kegiatan.
Prosesi tahlil dan bedah bumi ini menjadi penanda dimulainya rangkaian acara pemakaman yang akan digelar secara adat dan kenegaraan. Masyarakat Surakarta diharapkan turut menjaga ketertiban dan memberikan doa terbaik bagi kepergian Sinuhun Pakubuwono XIII, sosok raja yang selama hidupnya dikenal mengayomi rakyat dan melestarikan budaya Jawa.
