Teaspace, Sajikan Beragam Jenis Teh Nusantara Hingga Edukasi Publik Lewat Rasa

Teaspace, Sajikan Beragam Jenis Teh Nusantara Hingga Edukasi Publik Lewat Rasa

Alpandi Pinem
2022-01-09 20:00:00
Teaspace, Sajikan Beragam Jenis Teh Nusantara Hingga Edukasi Publik Lewat Rasa
Teaspace adalah salah satu bisnis tea house yang didirikan sejak 2019 lalu oleh Sakirin, Founder CEO Teaspace (Sumber Foto: Instagram).

Teaspace adalah salah satu bisnis tea house yang didirikan sejak 2019 lalu oleh Sakirin, Founder CEO Teaspace yang dimnana pada saat ini bisnis coffee shop saat ini sangat menjadi menjamur di Indonesia.

Hal itu dilakukannay karena sangat yakin bahwa peluang bisnis tea house ini dinilai jati diri orang Indonesia sebenarnya adalah peminum teh ketimbang kopi. Maka dari itu Teh, menurutnya, sudah sejak lama menjadi kebiasaan sehari-hari. 

“Tea house itu jadi peluang saat menjamurnya kedai kopi, minumam-minuman yang berbahan dasar, kenapa teh gak, dan market itu masih luas. Terlebih orang sudah mulai jenuh sama kopi. Food and beverages itu taste, gak bertahan di selera itu terus, perlu ada subsitusi, ada cita rasa yang beda, khasiat yang beda,” katanya.

"Ketika makan di warteg misalnya, orang akan memilih minum teh, bukan kopi,” lanjutnya.

Baca Juga: Dua Milenial jadi Duta Teh PTPN VIII, Adrian Zakhary: Penggerak dan Ikon Teh Jawa Barat

Bisnis Teh di Indonesia Masih Rendah


Dalam hal ini Sakirin mengungkapkan bahwa bisnis tea house ini bisa berkembang adalah rendahnya konsumsi teh di Indonesia dibanding negara lain seperti Eropa dan Timur Tengah. 

Lebih lanjut dia mengaku bahwa, konsumsi teh di Indonesia hanya 500-600 gram per kapita per tahun, kalah jauh dibanding Eropa dan Timur Tengah yang konsumsinya bisa mencapai tiga kali lipat.

“Tentu gak bisa dibandingkan dengan konsumsi kopi ya. Gak apple-to-apple. Karena kopi satu sajian bisa pakai 17-20 gram. Kalau teh 2-3 gram aja cukup. Kalau misalkan per kapita rendah karena takaran per saji rendah,” kata Kirin.

Seperti diketahui bahwa kebanyakan teh dari Eropa dan Timur Tengah juga berasal dari Indonesia. Namun yang jadi permasalahan utamanya karena merek atau branding. 

“Yang merek terkenal di luar negeri itu asal tehnya dari Indonesia. Padahal teh terbaik di dunia itu asalnya dari Indonesia. Mereka beli di kita terus di-branding ulang,” ucap Sakirin.

Mampu Maraih Omzet Rp50 juta/Bulan


Lebih lanjut Kirin mengaku  bahwa untuk mendirikan modal tersebut bukanlah hal yang mudah. Dimaa, dia dengan bersama kedua orang temannya harus menguluarkan uang ratusan juta. Hal itu dilakukan untuk membeli peralatan teh, membeli suplai teh, sewa tempat hingga membayar karyawan.

Namun, harga teh yang seharga belasan hingga puluhan ribu per cangkir, Teaspace mampu meraij omzet Rp30-50 juta per bulan dari lima lini bisnis yang dia jalankan. Perkembangan omzet terhitung pesat dalam rentang waktu kurang lebih dua tahun bisnis ini dijalankan.

Sakirin mengungkapkan dia melaukastrategi Blitzscaling dalam menjalankan bisnisnya. Ini adalah sebuah kerangka atau teknik untuk mencapai skala besar dengan kecepatan yang sangat sangat cepat dengan ‘melawan’ aturan manajemen atau bertentangan dari teori bisnis.

“Kuncinya Blitzscaling. Ketika lempar produk di pasar, produk itu jadi hype dengan banyak sale, produk itu yang akan kita gempur. Berat ya kalau melawan hype kopi, tapi gue yakin naik, sudah mulai kelihatan nih, sudah banyak tea house, dulu susah cari minum selain kopi, tinggal gimana up lagi,” ungkapnya.

Baca Juga: Adrian Zakhary Berharap Duta Teh Milenial Jadi Icon Teh Berkualitas PTPN VIII

Teapeace Jalankan 5 Bisnis


Saat ini Teapeace tidak hanya menjual teh dalam berbagai rasa. Namun, mereka mengembangkan lima lini bisnis yakni penjualan teh secara online melalui marketplace, dan juga menyajikan galeri teh yang sudah berjalan sekitar tiga bulan terakhir.

Adapun lini bisnis lainyya yakni sebagai konsultan bagi mereka yang ingin mendirikan coffee shop atau tea house, kemudian edukasi malalui display sederetan toples, di mana konsumen bisa mendapatkan penjelasan tentang cara seduh hingga manfaatnya.

“Kelima dan yang terbaru kami mau coba booth teh, kita coba jangkau masyarakat menengah ke bawah dengan menu-menu yang sudah familiar dan diganti bahan dasar teh. Misal ada kopi susu, kita kasih milktea. Sekarang ini masih prototype,” ujar Kirin.

Jenis Teh yang Disediakan di Teaspace


Adapun jenis teh yang disedikan di Teaspace yakni black tea, earl grey, chamomile, green tea, white tea, dried lemon, hingga kombucha, jasmine, hibiscus, butterfly pea loo, blooming tea, dan masih banyak lagi lainnya. Namun lebih lanjut dia mengaku bahwa, produk teh yang paling laku adalah teh leci dan black tea.

Jenis-jenis teh tersebut kemudian diriset setiap hari untuk menghadirkan ragam varian rasa teh yang unik. Sharon, salah satu karyawan Teaspace, mengaku kerap menggabungkan beberapa jenis teh untuk mendapatkan rasa dan khasiat terbaik.

“Gue pernah coba mix black tea sama beberapa rempah-rempah. Dan itu bagus banget diminum setelah olahraga biar otot cepat rileks,” katanya.

"Dalam mendapatkan teh terbaik, Teaspace bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara VIII, atau biasa disingkat menjadi PTPN VIII.  Sebuah BUMN yang bergerak di bidang perkebunan teh, karet, kina, kakao, kelapa sawit, dan getah perca. “Ada juga dari vendor lain, tapi mayoritas ambil dari PTPN VIII,” ungkapnya.

Baca Juga: MoU dengan Importir Kanada, PTPN VIII Siap Promosikan Teh Walini ke Tingkat Dunia

Pengunjung Dapat Memberikan Edukasi Soal Teh

Dalam hal ini Kirin mengatakan bahwa meski Indonesia sudah punya budaya kuat dalam minum teh, namun masih banyak orang yang belum paham mengenai teh itu sendiri.

"Kita gak terlalu paham soal teh, padahal banyak yang bisa dieksplorasi. Sayang banget kalau gak paham sama teh dan lidah kita biasa sama teh yang standar," tuturnya.

Maka dari itu, Teaspace yang awalnya Teaspace hanya menjual teh secara online, namun kini telah membangun toko offline dengan display yang mumpuni. Maka itu, akan sulit untuk menjangkau masyarakat dan memberikan edukasi.

“Jadi masyarakat harus coba langsung, itu marketing paling efektif. Orang bisa merasakan dan bisa komentar,” kata dia.

"Pengunjung tidak hanya akan mendapatkan ilmu soal jenis-jenis teh tapi juga karakter dan manfaatnya bagi tubuh. “Orang sekarang udah mulai aware sama green tea. Kita mau buka market, edukasi masyarakat bahwa teh macam-macam, masih banyak yang lain,” tuturnya.


Share :