Hujan Bulan Juni menjadi puisi yang sangat melegenda dari Almarhum penyair Sapardi Djoko Darmono. Yang meninggal pada tanggal 19 Juli 2020 lalu.
Puisi ‘Hujan Bulan Juni’ mengandung makna yang begitu dalam. Mengajarkan manusia tentang arti kesabaran dan ketabahan, serta harus bersikap membumi.
Diketahui, puisi ‘Hujan Bulan Juni’ pun bahkan sudah diterbitkan ke dalam banyak buku kumpulan puisi yang dialihbahasakan hingga empat bahasa. Antara lain, Inggris, Arab, Mandarin, dan Jepang.
Baca Juga: Kronologi Perdamaian Hotma Sitompul dengan Desiree Tarigan Versi Kuasa Hukum Kedua Belah Pihak
Nah, selain 'Hujan Bulan Juni' ternyata ada beberapa puisi karya Sapardi Djoko Damono yang cukup populer. Berikut beberapa di antaranya.
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Yang Fana adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita Abadi
Memungut detik demi detik, merangkai seperti bunga sampai pada suatu hari
Kita lupa untuk apa
Tapi, Yang fana adalah waktu, bukan? Tanyamu.
kita abadi.
Menjenguk Wajah di Kolam
Jangan kau ulangi lagi menjenguk wajah yang merasa sia-sia, yang putih yang pasi itu.
Jangan sekali-kali membayangkan wajahmu sebagai rembulan.
Ingat, jangan sekali-kali. Jangan.
Baik, Tuan.
Baca Juga: akta Lengkap Himbara Tunda Penarikan Tarif Transaksi di ATM Link
Sajak-Sajak Kecil Tentang Cinta
Mencintai angin, harus menjadi siut
Mencintai air, harus menjadi ricik
Mencintai gunung, harus menjadi terjal
Mencintai api, harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala, harus menebas jarak
Mencintai-Mu, harus menjelma aku.