Di Dusun Karakan, Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri, terdapat sebuah punden berusia ratusan tahun. Punden yang menyimpan cerita mistis ini, menurut warga setempat merupakan makam Kiai Sidik Permono, ulama kondang pada jamannya.
“Dari cerita turun temurun, Eyang Sidik Permono itu merupakan kiai, ulama kondang di jamannya. Menyebarkan ilmu agama Islam, bahkan santri-santrinya sangat banyak,” jelas Kepala Dusun (Kadus) Karakan RT1/RW7 Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo, Sarwanto.
Baca Juga: Kisah Mistis Fenomena Buah Pisang di Lahan Kosong Wajo
Banyak cerita mistis di balik keberadaan punden tersebut. Mulai dari karomah Kiai Sidik Permono hingga pengawal setianya yang konon merupakan bangsa jin asal Persia yakni Haji Subur. Mereka meyakini, jin tersebut saat ini menghuni pintu masuk punden.
“Makam Kiai Sidik Permono ini sebenarnya masuk wilayah Sri Gading Desa Wiroko, tapi karena lokasinya sangat dekat dengan dusun kami, jadi kami tetap nguri-uri,” jelasnya.
Kadus Karakan menceritakan bahwa Kiai Sidik Permono berdasar cerita turun tumurun merupakan seorang kiai yang menyebarkan agama Islam di wilayah Tirtomoyo. Ajaran-ajarannya menurut dia masih melekat dengan para santri-santri yang konon juga menetap di sekitar kecamatan tersebut.
“Kalau dari kisah buyut, Kiai Sidik Permono ini awalnya datang dari Dusun Mudo Desa Betal (wilayah Kecamatan Nguntoronadi saat ini). Kemudian ia bertapa di bawah air terjun Kahyangan lalu mendapat petunjuk lalu bermukim di Dusun Karakan ini sampai wafatnya dimakamkan di atas bukit itu,” paparnya.
Dikatakan, cerita lain beredar Kiai Sidik Permono dikabarkan merupakan keturunan dari Sunan Kalijaga yang kemungkinan menetap di Dusun Karakan sekitar tahun 1800-an. Masyarakat mengacu adanya peninggalan punden yang diyakini merupakan makamnya. Di tempat itulah terdapat sedikit bukti sejarah yang tertulis angka tahun 1882 di pintu masuk makam.
Baca Juga: Cerita Mistis Dukuh Sibimo, Dihuni Sosok Gaib hingga Hanya Boleh Berdiri 7 Rumah
“Dari kisahnya, selain keturunan Sunan Kalijaga, dilihat dari benda peninggalannya seperti rumah joglo limasan yang ada di dusun ini kemungkinan besar erat kaitannya dengan Mangkunegaran,” jelasnya.
Di sisi lain, masyarakat sekitar mengeramatkan hari Senin Wage. Di hari pasaran jawa itu diyakini bertepatan dengan hari meninggalnya Kiai Sidik Permono.Oleh sebab itu,warga sekitar dilarang menggunakan hari pasaran itu untuk menggelar hajatan.
“Maka, setiap hari pasaran Senin Wage punden ini banyak yang ziarah dari berbagai daerah dan kalangan baik pedagang maupun pejabat.Takhanya,orang Wonogiri saja bahkan pejabat dari luar Wonogiri sering datang kesini,” tandasnya.
Sumber: timlo.net