Dukuh Sibimo yang menempati wilayah sekitar Alas Kupang atau hutan di wilayah Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, menyimpan cerita mistis. Tak hanya itu, disana terdapat aturan hanya bisa 7 rumah yang berdiri, juga sosok penunggunya yakni Bimo Sekti.
Hingga kini hal itu tetap diyakini oleh masyarakat sekitar. Masyarakat percaya jika melanggar pantangan tersebut, beberapa warga atau orang yang mendirikan rumah lagi di Dukuh Sibimo akan terkena musibah.
Baca Juga: Kisah Mistis Sekitar Penambangan Minyak di Ledok Blora, Terdapat Pantangan Bagi Para Penambang
Dengan penduduk hanya 22 jiwa yang menempati enam rumah, keseharian warga diisi dengan kegiatan berkebun, membuat kerajinan bambu berupa keranjang, dan memelihara ternak.
Dukuh tersebut juga belum dialiri listrik sepenuhnya. Masih mengandalkan listrik dari tempat ibadah yang berjarak 1 kilometer.
Dikelilingi hutan pinus dan perkebunan sengon, Dukuh Sibimo menjadi pemukiman yang terisolir dari hingar-bingar kota. Akses menuju dukuh tersebut juga kurang baik karena masih berupa jalan tanah tanpa penerangan jalan pada umumnya.
Baca Juga: Cerita Mistis di Wisma Erni di Lawang yang Angker dan Horor
Menurut Modriah warga Dukuh Sibimo, pantangan tak diperbolehkannya membangun lebih dari tujuh rumah sudah ada dari leluhur warga yang menetap.
"Kalau dilanggar akan muncul bencana dan hal itu tetap dipercaya oleh warga di Dukuh Sibimo," ucapnya.
Selama ia tinggal di Dukuh Sibimo, Modriah merasa tenang, aman dan nyaman.
"Saya percaya sesepuh atau penunggu di Dukuh Sibimo menjaga warga, jika di kota banyak pencuri di sini tidak ada.
Kalau pun ada yang berniat jahat pasti dihadang oleh penjaga dukuh yang biasa disebut warga sebagai Bimo Sekti," ucapnya.
Baca Juga: Cerita Misteri Bekas Sumur Pengeboran Minyak Belanda di Blora, Dihuni Sosok Gaib Ini
Mukmin, Kepala Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal, menjelaskan, pantangan tak boleh membangun lebih dari tujuh rumah bukan mitos belaka.
"Beberapa tahun lalu, pernah ada yang membangun rumah di Dukuh Sibimo, bahkan jumlahnya ada 12.
Namun beberapa orang yang membangun rumah selalu mendapatkan musibah dan pergi dari dukuh," paparnya.
Mukmin menjelaskan, hal paling parah saat dibangun lebih dari tujuh rumah, ada dua warga meninggal secara tak wajar.
"Yang pertama ada yang gantung diri, dan satunya meninggal minum racun serangga. Ada juga yang tak krasan, akhinya meninggalkan dukuh," ujarnya.
Hingga kini dijelaskannya, hanya ada enam rumah dengan 22 jiwa yang menempati Dukuh Sibimo.
"Kepercayaan itu masih dipercaya oleh masyarakat yang tinggal di dukuh yang ada di tengah hutan ini," imbuh Mukmin.
Sumber: Tribun Jateng