Surabaya pernah memiliki sebuah rumah sakit tua yang menyimpan banyak kisah horor. Umur Surabaya memang terbilang tua, jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Indonesia.
Sebagai kota yang memiliki usia yang tua, Surabaya memiliki banyak bangunan atau gedung tua. Gedung-gedung tua tersebut sebagian besar merupakan bekas bangunan yang dibangun pada era kolonial.
Layaknya gedung tua di kawasan manapun, gedung tua di Surabaya juga memiliki cerita mistis, atau misteri. Cerita misteri yang cukup populer di masyarakat Surabaya adalah cerita tentang suster penyet atau suster gepeng.
Kisah-kisah itu menempati satu bab dalam buku Soerabaia Tempo Doeloe, karya Dukut Imam Widodo (2002). Kisah-kisah itu antara lain soal suster gepeng itu terjadi sebuah rumah sakit.
Yaitu rumah sakit Simpang, atau Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ), yang ada di Jalan Simpang, atau sekarang Jalan Pemuda. Rumah sakit itu saat ini sudah menjadi sebuah pusat perbelanjaan.
Berdasarkan buku Soerabaia Tempo Doeloe, sejumlah orang mengakui sempat bertemu dengan hantu yang ada di rumah sakit tersebut.
1. Muncul Saat Tanya Ruangan
Misalnya, saat itu ada seorang laki-laki yang akan menjenguk saudaranya di rumah sakit tersebut pada saat senja. Laki-laki itu kemudian masuk ke dalam rumah sakit, dan berjalan menyusuri lorong yang ada di rumah sakit itu.
Saat tiba di persimpangan lorong, laki-laki itu bertemu dengan seorang suster yang menundukkan wajahnya. Laki-laki itu pun menanyakan kepada suster itu di mana lokasi zaal atau ruangan nomor sekian tempat saudaranya dirawat.
Mendapatkan pertanyaan itu, sang suster tidak mengatakan apapun, dia hanya mengarahkan tangannya saja menunjuk tempat ruangan itu. Selain mengarahkan tangan, suster itu juga mengangkat wajahnya.
Hal itu membuat wajah suster itu terlihat jelas, yaitu wajah yang hancur, dan penyet. Laki-laki itu pun akhirnya mengetahui ruangan tempat saudaranya dirawat. Sayang, dia belum sempat mengucapkan terima kasih, karena keburu pingsan.
2. Muncul Dalam Wajah Cantik
Cerita lainnya di Soerabaia Tempo Doeloe, seorang pria yang datang ke rumah sakit tersebut tiba-tiba saja berlari. Saat berlari, tiba-tiba ada suara yang menyapanya.
"Ada apa mas? Ada apa mas?" tanya suara itu merdu.
Pria itu kemudian menghentikan langkahnya. Ternyata yang bertanya adalah seorang suster yang cantik. Dia pun menjawab, baru saja dirinya bertemu dengan seorang suster yang berwajah rata.
"Apakah wajahnya mirip seperti ini?" tanya suster wanita itu.
Tiba-tiba saja suster itu juga berubah menjadi gepeng, dan mengerikan. Pria itu pun pingsan seketika.
3. Tukang Soto dan Pembeli yang Aneh
Kisah lainnya di buku Soerabaia Tempo Doeloe adalah tentang tukang soto yang jualan di sekitar rumah sakit tersebut. Zaman dulu, para penjual soto di Surabaya selalu membawa dagangannya dengan pikulan, dan ada bunyi semacam lonceng.
Suatu ketika, penjual soto itu berhenti di depan rumah sakit CBZ karena dipanggil seorang suster. Suster itu makan soto itu sambil duduk di sebuah dingklik (kursi kecil) yang dibawa si penjual soto.
Tidak hanya satu mangkuk, suster itu makan soto hingga bermangkuk-mangkuk. Anehnya, suster itu tak kunjung kenyang walaupun sudah makan bermangkuk-mangkuk soto.
Akibatnya, si penjual soto pun merasa curiga. Rasa curiganya baru terjawab, saat sang suster akan membayar. Saat akan membayar, suster itu menampakkan wajahnya yang hancur, dan gepeng.
Mengetahui hal itu, si penjual soto langsung lari meninggalkan pikulan dagangannya. Namun, menurut cerita yang beredar, usai peristiwa itu dagangannya menjadi sangat laris.
Baca Juga: Kisah Mistis Lasmi Si Kuntilanak Merah di Bandung, Berawal dari Kisah Cinta yang Berakhir Tragis
4. Tangan yang Menunjuk
Cerita soal hantu di rumah sakit CBZ terus berlanjut meskipun rumah sakit itu sudah rata dengan tanah, dan berganti menjadi sebuah mal. Dalam buku Soerabaia Tempo Doeloe disebutkan, penampakan hantu itu berubah hanya berbentuk tangan yang melayang-layang.
Tangan yang melayang-layang itu sering menakuti para pengunjung mal. Akibatnya, sejumlah pengunjung yang melihatnya langsug lari, bahkan ada juga yang pingsan.
Anehnya, saat melayang-layang, jempol hantu tangan itu tampak mengacung. Namun, suatu kali ada beberapa pengunjung yang cukup berani dalam menghadapi teror hantu itu.
Saat mereka bertemu hantu tangan yang mengacungkan jempol itu, mereka juga mengacungkan jarinya. Jari yang mereka acungkan adalah jari kelingking.
Hasilnya, hantu tangan itu langsung menghilang. Usut punya usut, ternyata untuk mengalahkan hantu itu, para pengunjung pemberani itu berpegangan pada hukum bermain suit.
Dalam permainan suit, khususnya permainan suit Jawa, ibu jari atau jempol bisa dikalahkan oleh jari kelingking. Sedangkan, kelingking kalah oleh jempol. Sehingga, tidak heran saat pengunjung itu mengacungkan jari kelingkingnya, hantu itu langsung hilang, karena merasa kalah suit.
Sumber: tribunnews