Presiden Amerika Seikat Donald Trump kini tengah gencar-gencarnya memakai masker di tengah banyaknya korban akibat corona di AS.
Lewat foto yang ia bagikan di Twitter, Donald Trump berpesan bahwa memakai masker adalah tindakan patriotik, terutama jika menjaga jarak tak memungkinkan.
Baca Juga: Dirasa Menjanjikan, Vaksin Corona Oxford September Sudah Tersedia?
"Kita semua bersatu dalam usaha kita mengalahkan Virus China yang Tak Terlihat, dan banyak orang berkata memakai masker adalah tindakan Patriotik jika kamu tidak bisa menjaga jarak sosial. Tidak ada yang lebih Patriotik dari saya, Presiden favorit kalian!" ujar Presiden Trump seperti dikutip Selasa 21 Juli 2020.
Berbeda dengan kultur di Asia Timur dan Tenggara, pemakaian masker tidaklah lazim di AS. Peristiwa viral beberapa kali terjadi ketika ada orang marah-marah saat ditegur tidak memakai masker di AS.
Selama berbulan-bulan pandemi, Donald Trump ogah memakai masker, walau gugus tugas Virus Corona COVID-19 di AS selalu memakai masker. Sikap Trump mulai melunak pada bulan ini, meski enggan mewajibkan pemakaian masker bagi masyarakat.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, kasus corona di AS sudah mencapai 3,8 juta kasus. Kematian tertinggi berada di New York dengan 32 ribu pasien meninggal.
Sebelumnya, hasil awal dari percobaan pembuatan vaksin virus Corona COVID-19 yang dikembangkan oleh University of Oxford, Inggris, menunjukan hasil yang memuaskan. Hasilnya aman dan bisa menginduksi respons imun.
Baca Juga: Resmi Dibubarkan oleh Jokowi, Gugus Tugas Corona Kini Jadi Satgas, Ini Perbedaannya
Dikutip dari laman CNN, Selasa 21 Juli 2020, vaksin buatan Oxford ini bisa memicu antibodi dalam 28 hari dan respons sel T dalam 14 hari.
Sekedar informasi, uji coba ini melibatkan 1.077 orang yang berusia 18 hingga 55 tahun yang tidak memiliki riwayat terinfeksi virus Corona dan berlangsung di lima rumah sakit di Inggris dari bulan April hingga Mei.
"Kami berharap sistem kekebalan tubuh akan mengingat virus, sehingga vaksin kami akan melindungi orang untuk waktu yang lama," kata Profesor University of Oxford Andrew Pollard.
Sumber: CNN, Liputan 6