Berbagai desa di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur menyimpan legenda yang jarang mencuat di masyarakat setempat. Salah satunya yang tidak banyak di ketahui oleh sebagian masyarakat, Nama Rondo Mori.
Nama Rondo Mori termasuk sosok yang cukup melegenda di Bojonegoro, mempunyai jejak di Kecamatan Trucuk, sesuai namanya yang berarti Janda Mori. Mori sendiri merupakan sebuah nama desa yang berada di bantaran Sungai Bengawan Solo yang dulunya tempat pengungsian.
Baca Juga: Kisah Angling Dharma, Legenda atau Nyata?
Baca Juga: Warak Ngendok, Hewan Mitologi yang Sakti yang Mengiringi Asal Usul Kota Semarang
Baca Juga: Ini Nama Desa Di Indonesia dengan Nama Unik Mulai dari Setan, Pocong dan Siluman
Dalam cerita yang berkembang, Rondo Mori mempunyai kesaktian berubah wujud menjadi seekor buaya besar berwarna putih. Sesekali, dari mulut ke mulut tak sedikit yang masih menuturkan kemunculan buaya putih di Sungai Bengawan Solo.
Ternyata, legenda Rondo Mori tak hanya berkembang di Kecamatan Trucuk dan bantaran Sungai Bengawan Solo. Jauh di wilayah selatan, sekitar 65 kilo meter, legenda Rondo Mori juga cukup dipercaya keberadaannya. Di Dusun Kadung, Desa Sambongrejo, Kecamatan Gondang.
Bahkan, hingga beberapa tahun yang lalu, keturunan Rondo Mori masih melakukan sebuah lelaku ider-ider di petilasan tersebut. Lelaku itu dilakukan setiap Jumat oleh para janda keturunannya, terakhir adalah oleh seorang janda bernama mbah Dami.
Keturunan Rondo Mori sendiri selalu berstatus janda yang saat ini ada sebuah rumah yang dihuni oleh tiga janda. “Sekarang ider-idernya hanya satu tahun sekali,” ujar Suyono, warga desa setempat.
Dijelaskan, ider-ider yang selalu dipimpin oleh seorang janda tersebut merupakan simbol napak tilas perjalanan Rondo Mori yang jejaknya berupa air bersih.
Ritual yang dilakukan berupa penyusuran sungai yang dilakukan oleh sang janda dengan kelengkapan berupa sebuah selendang berwarna hijau.
Sepanjang perjalanan penyusuran tersebut. Sang janda mencelup ujung selendangnya ke air dan mengipaskannya ke segala penjuru.
Ritual tersebut kini hanya dilakukan setahun sekali, hal itu selain kondisi lingkungan yang sudah semakin memprihatinkan, aspek kesadaran budaya yang semakin tipis. Terlepas dari unsur tersebut, legenda yang berkembang di Bojonegoro ternyata masih bertautan antara kecamatan satu dengan yang lainnya.
Baca Juga: Di Bojonegoro Ada Kayangan Api, Ini Cerita Awal Terciptanya
Baca Juga: Suku Sunda dan Jawa Dilarang Menikah, Benarkah Begini Asal Mulanya
Baca Juga: Pantai Pangandaran ini Disebut-sebut Selalu Memakan Korban dari Bandung, Ternyata ini Mitosnya
Selain di Gondang, Rondo Mori juga mempunyai hubungan dengan legenda di Kecamatan Bojonegoro Kota. Hal yang menghubungkan adalah berkenaan dengan ritual sedekah bumi, dimana sedekah bumi di Desa Mori selalu dilaksanakan setelah sedekah bumi di Desa Jetak Kecamatan Bojonegoro Kota.
“Dipercaya bahwa suami pertama Rondo Mori adalah tokoh dari wilayah Jetak,” pungkasnya.
Sumber: suarabojonegoro.com