Warak Ngendok, Hewan Mitologi yang Sakti yang Mengiringi Asal Usul Kota Semarang

Warak Ngendok, Hewan Mitologi yang Sakti yang Mengiringi Asal Usul Kota Semarang

Alpandi Pinem
2020-07-05 13:57:18
Warak Ngendok, Hewan Mitologi yang Sakti yang Mengiringi Asal Usul Kota Semarang
Warak Ngendok (Istimewa)


Semarang dikenal sebagai salah satu kota budaya yang dapat banyak kita temukan bangunan yang berhubungan dengan Jawa, Arab, hingga Tionghoa. Ketiga etnis hidup berdampingan sejak ratusan tahun yang lalu. Mereka membentuk sebuah kehidupan yang harmonis sehingga banyak kesenian dan juga kuliner yang mengalami percampuran.

Salah satu percampuran sempurna dari tiga etnis ini adalah Warak Ngendog yang merupakan makhluk mitologi dan identitas dari Semarang. Bersama dengan Tugu Muda dan Lawang Sewu, Warak Ngendog kini menjadi salah satu ikon Kota Semarang.

Dilansir dari beberapa sumber kata warak berasal dari Bahasa Arab yang berarti suci, sedangkan ngendog berasal dari Bahasa Jawa berarti bertelur. Secara filosofis dapat dimaknai sebagai ajakan untuk menjaga kesucian diri di Bulan Ramadhan yang akan segera datang, agar mendapat kemenangan besar di akhir bulan.

Baca Juga : Kisah Misteri Candi Borobudur yang Hingga Saat Ini Masih Belum Terpecahkan

Baca Juga : Unik! Ternyata Sekolah Dasar Negeri Setan Ada di Jawa Tengah, Kok Bisa?

Baca Juga : Hoboh! Anak Kambing Mirip Alien Ini Pernah Bikin Heboh Warga Purworejo


Menurut mitos yang beredar, warak ngendog sudah ada di tengah masyarakat sejak Ki Ageng Pandan Arang atau dikenal juga sebagai Raden Pandanaran mendirikan Kota Semarang. Raden Pandanaran adalah seorang anak dari Pangeran Suryo Panembahan Sabrang Lor yang menjadi sultan kedua di Kerajaan Demak.

Versi lainnya menceritakan bahwa warak ngendog adalah bentuk akulturasi unsur kebudayaan lokal saat Raden Pandanaran menyebarkan Agama Islam di Semarang. Berdasarkan versi ini, Raden Pandanaran adalah seorang pedagang dari kawasan timur tengah yang menyebarkan Agama Islam di Semarang atas ijin dari Sultan Kerajaan Demak.

Warak ngendhog identik dengan Perayaan Dugderan di Pasar Johar setiap bulan Sya’ban dalam penanggalan Islam. Perayaan ini diadakan setahun sekali untuk menyambut kedatangan Bulan Suci Ramadhan.

Perayaan Dugderan akan diisi oleh kegiatan pasar rakyat di jantung Kota Semarang, tepatnya di Pasar Johar. Dugderan biasanya berlangsung selama seminggu sebelum memasuki Bulan Ramdhan.

Baca Juga : Menyeramkan! Kisah Misteri Wanita Berbaju Merah yang Selalu Terlihat Malam Hari di Gapura Selamat Datang Ciamis

Baca Juga : Kisah Mitos Batu Minta Keturunan, Pemberi Jodoh dan Poligami di Ciamis, Minat?

Baca Juga : Menyeramkan! Kisah Misteri Wanita Berbaju Merah yang Selalu Terlihat Malam Hari di Gapura Selamat Datang Ciamis


Sehari sebelum Ramadhan tiba, puncak Perayaan Dugderan akan digelar. Akan diadakan kirab yang diikuti oleh pasukan merah putih, drumband, warak ngendhog, warga yang memakai pakaian adat, meriam, dan berbagai kesenian lain dari Semarang.

Warak ngendhog sebagai simbol kerukunan tiga etnis di Semarang dijadikan monumen di salah satu taman di Jalan Pandanaran. Lokasi tepatnya di pertigaan antara Jalan Pndanaran dan M.H. Thamrin, Jalan Pandanaran, Mugassari, Semarang Selatan, Kota Semarang.Taman ini ramai dikunjungi oleh warga Semarang saat pagi dan sore hari.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30