Di Bojonegoro Ada Kayangan Api, Ini Cerita Awal Terciptanya

Di Bojonegoro Ada Kayangan Api, Ini Cerita Awal Terciptanya

Ekel Suranta Sembiring
2020-07-05 12:59:25
Di Bojonegoro Ada Kayangan Api, Ini Cerita Awal Terciptanya
Kayangan Api di Bojonegoro (foto: Wikipedia)

Di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur terdapat api yang tetap menyala sekalipun terguyur air hujan. Di sana terdapat fenomena geologi alam berupa keluarnya gas alam dari dalam tanah. Fenomena ini diberi nama kayangan api yang berarti api abadi.

Kayangan api ini meyimpan legenda awal terciptanya. Menurut cerita warga dulu terdapat seorang pembuat benda pusaka Kerajaan Majapahit bernama Mbah Kriyo Kusumo. Setelah bertahun-tahun membuat benda pusaka di perkampungan, Mbah Kriyo Kusumo kemudian bertapa dan tirakat di tengah hutan. Dia membawa api dan menyalakannya di bebatuan, tepat di sebelah tempatnya bersemedi. Api itulah yang menyala hingga saat ini dan menjadi cikal bakal Kayangan Api di Kota Bojonegoro.

Baca Juga: Suku Sunda dan Jawa Dilarang Menikah, Ternyata Begini Asal Mulanya

Baca Juga: Kisah Misteri Sumur Tua Penngalan Tokoh Agama yang Tak Bisa Kering Meski Musim Kemarau di Sulawesi

Baca Juga: Pantai Pangandaran ini Disebut-sebut Selalu Memakan Korban dari Bandung, Ternyata ini Mitosnya

Selain ada Kayangan Api di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang yang biasa di sebut warga Sumur Blekutuk. Menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain. 

Menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan atau wilujengan dan tayuban dengan gending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono atau penembang macapatan, tidak boleh ditemani oleh siapapun. 

Kepercayaan tersebut, dipegang teguh oleh masyarakat Bojonegoro. Ini terbukti, pada acara ritual pengambilan api tersebut juga dilakukan digelar. Terlebih, pengambilan api PON yang pertama dilakukan dipimpin oleh tetua masyarakat yang dipercaya pada saat itu. Sementara untuk prosesi tersebut meliputi, asung sesaji (menyajikan sesaji) dan dilanjutkan dengan tumpengan (selamatan).

Pada hari-hari tertentu terutama pada hari Jumat Pahing banyak orang berdatangan di lokasi tersebut untuk maksud tertentu seperti agar usahanya lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat pusaka. Acara tradisional masyarakat yang dilaksanakan adalah Nyadranan (bersih desa) sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa.

Baca Juga: Sungai Cisubang di Jabar ini Sangat Ditakuti Pejabat Kuningen, Begini Cerita Mitosnya

Baca Juga: Kisah Misteri Candi Borobudur yang Hingga Saat Ini Masih Belum Terpecahkan

Baca Juga: Gua di Pangandaran ini Punya Air dapat Buat Awet Muda, Mitos atau Fakta?

Untuk menuju lokasi wisata Kayangan Api, Anda dapat menempuh perjalanan darat dari Kota Bojonegoro arah selatan kira-kira 20 KM atau sekitar 45 menit dari pusat Kota Bojonegoro. Waktu berkunjung juga sepanjang waktu (24 jam), ditambah lagi tersedia pemandu wisata. 

Harga tiket masuk juga relatif murah, yaitu Rp 8.500,00 per orang dan parkir roda dua Rp 2.000,00 per kendaraan serta parkir roda empat Rp 10.000,00 per kendaraan.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30