Kisah Angling Dharma, Legenda atau Nyata?

Kisah Angling Dharma, Legenda atau Nyata?

Ekel Suranta Sembiring
2020-07-05 14:15:32
Kisah Angling Dharma, Legenda atau Nyata?
Petilasan Angling Dharma di Bojonegoro (foto: screenshot/YouTube)

Angling Dharma nama yang sangat dikenal luas di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tetapi sampai saat ini sosok Angling Dharma sebagian orang percaya bahwa kisah Angling Dharma merupakan cerita legenda.

Bagi banyak orang, kisah Angling Dharma bukan legenda. Beberapa daerah, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur, percaya tokoh itu pernah hidup di masa lalu. Misalnya, di daerah Pati, Jawa Tengah, terdapat makam yang diyakini tempat peristirahatan Angling Dharma. Letaknya di Desa Mlawat, Kecamatan Sukolilo.

Nama Mlawat mirip Malawapati, kerajaan Angling Dharma. Dua kilometer dari sana, di Desa Kedung Winong, Kecamatan Sukolilo, diyakini terdapat makam Patih Batik Madrim, tokoh dalam kisah Angling Dharma.

Baca Juga: Di Bojonegoro Ada Kayangan Api, Ini Cerita Awal Terciptanya

Baca Juga: Suku Sunda dan Jawa Dilarang Menikah, Ternyata Begini Asal Mulanya

Baca Juga: Kisah Misteri Sumur Tua Penngalan Tokoh Agama yang Tak Bisa Kering Meski Musim Kemarau di Sulawesi

Tak hanya daerah Pati, di Bojonegoro juga terdapat Situs Mlawatan di Desa Wotangare, Kalatidu, yang dipercaya sebagai petilasan Angling Dharma. Lebih dari itu, Angling Dharma sempat diwacanakan menjadi ikon Kota Bojonegoro. Sampai-sampai tulisan di gapura perbatasan berbunyi: Selamat Datang di Bumi Angling Dharma. Tim kesebelasan kota itu, Persibo, juga punya julukan Laskar Angling Dharma.  

Dikutip dari historia.id, seorang arkeolog dan pengajar Sejarah Universitas Negeri Malang bernama Dwi Cahyono menjelaskan, sebelum berkembang kisahnya di berbagai daerah, Angling Dharma muncul lebih dulu dalam sastra lisan pada masa Hindu-Buddha.

“Yang menarik kemudian muncul klaim setting area untuk daerah-daerah tertentu. Dalam kisah yang kini dikenal luas, misalnya ada yang disebut Negara Boja atau Bojanagara, yang kemudian dianggap sebagai toponimi daerah yang kini dikenal dengan Bojonegoro,” ujar Dwi

Penyebutan tokoh Jayabaya di kisah itu mengingatkan pada Sang Mapanji Jayabhaya, penguasa Kadiri yang memerintah pada 1135-1157 M. Dia naik takhta menggantikan Bameswara. Tak banyak keterangan soal asal usulnya. Selama memerintah 22 tahun, baru tiga prasasti yang sampai pada hari ini. Kabarnya, dia menjadi raja setelah merebut hak naik takhta dari kakaknya yang putra mahkota.

Dwi sepakat bahwa kemungkinan tradisi lisan kisah Angling Dharma sudah ada sejak sebelum Majapahit. Versi tertulis berjudul Ari Dharma dan adaptasi ke dalam relief candi baru muncul pada era Majapahit. Namun, tak semua karya sastra mengabadikan peristiwa historis. Penokohannya juga tak mesti selalu ada dalam dunia nyata. Sastra jenis kidung yang berkisah tentang tokoh historis misalnya Kidung Ranggalawe dan Kidung Sorandaka.

Apalagi hingga kini dikenal banyak versi naskah tentang Angling Dharma. Menurut Lydia Kieven dalam Menelusuri Figur Bertopi dalam Relief Candi Zaman Majapahit, Angling Dharma sekarang adalah versi Bahasa Jawa Modern dari kidung bahasa Jawa Pertengahan berjudul Aji Dharma. Kisah yang kemudian berkembang itu tak lagi bisa dikorelasikan dengan kisah yang terpahat dalam relief candi. 

Dwi meyakini Angling Dharma hanyalah tokoh rekaan. Namun, meski tokohnya fiktif, nama tempat, geografis ekologis, jenis tanaman, sungai, dan laut, tetap mencerminkan kondisi nyata pada masa itu. Ia juga sah dianggap sebagai gambaran sosial dan budaya ketika sastra itu ditulis.

“Itulah kenapa susastra tetap bisa dijadikan sumber. Tidak untuk memfaktualkan tokoh fiktif. Tokoh bisa rekaan, namun kisahnya bisa saja memang kisah faktual,” kata Dwi.

Jika karya fiksi itu kini dianggap seolah faktual, itu wajar. Pasalnya, dia begitu memasyarakat. Itulah, menurut Dwi, mengapa kemudian ada pelokalan atau pengkaitan kisah dengan wilayah tertentu.

“Bahkan ada kadang-kadang yang mengatakan, tradisi lisan asal usul daerah itu tergambar di Angling Dharma,” ujar Dwi.

Pun jika kemudian dihubungkan dengan Jayabaya. Menurutnya, ini merupakan penjelasan yang ditambahkan kemudian. Soalnya, dalam tradisi sebelumnya, Angling Dharma tak dikenal asal usulnya.

“Di kisah ini tidak disebut anak siapa, dari raja mana, baru kemudian pada perkembangan selanjutnya dicantolkan dengan Jayabaya. Ya, itu wajar saja, Jayabaya kan raja yang begitu dikenal orang Jawa,” kata Dwi.

Baca Juga: Pantai Pangandaran ini Disebut-sebut Selalu Memakan Korban dari Bandung, Ternyata ini Mitosnya

Baca Juga: Sungai Cisubang di Jabar ini Sangat Ditakuti Pejabat Kuningen, Begini Cerita Mitosnya

Baca Juga: Kisah Misteri Candi Borobudur yang Hingga Saat Ini Masih Belum Terpecahkan

Begitu juga soal keberadaan Kerajaan Malawapati. Tanpa ada bukti yang jelas, kerajaan itu pun bisa jadi hanya rekaan. Kalaupun ada tempat yang mirip namanya, kemungkinan hanya meminjam dari kisah Angling Dharma yang sudah begitu dikenal.

“Bisa saja kisahnya terkenal dulu, baru kemudian desa-desa itu meminjam nama-nama dalam sastra yang sudah terkenal,” kata Dwi.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30