Setiap rumah tradisonal memiliki beberapa keunikan masing-masing. Begitu juga dengan rumah tradisional yang berada di Kota Gunungsitoli, Kepulauan Nias, Sumatera Utara ini.
Dimana, di Kota Gunungsitoli terdapat dua desa yang masih tradisional. Ditambah lagi rumah-rumah di sana juga bukan rumah modern yang dibangun dengan semen, melainkan masih berbentuk rumah tradisional dari kayu. Kedua desa ini bernama Desa Tumori dan Desa Sohare’o Siwahili.
Rumah ini merupakan rumah panggung yang berbentuk memanjang. Sisi panjangnya itu menghadap jalanan sehingga terlihat lebar. Di bawah rumah terdapat balok-balok kayu yang didirikan. Balok-balok kayu itu disebut ndriwa. Ndriwa dipasang secara diagonal di antara tiang-tiang kayu yang didirkan secara vertikal.
Baca Juga : Seram! Inilah Kisah Mangai Binu, Tradisi Memburu Kepala oleh Suku Nias Tempo Dulu
Uniknya, tiang-tiang ini bukan ditancapkan ke dalam tanah melainkan didirikan di atas batu. Namun begitu, rumah ini tetap akan kuat dan tidak bergerak atau bahkan rubuh selama ada badai atau gempa bumi.
Rumah tradisional ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu ruang besar di bagian depan untuk berkumpulnya keluarga dan di bagian belakang terdapat ruangan lebih kecil untuk kamar tidur.
Ndriwa yang berada di bawah rumah, juga diletakkan di atas rumah untuk menahan atap. Nah, di situlah biasanya barang-barang rumah tangga dan peralatan lainnya disimpan. Di atap depan ada suatu celah yang bisa dibuka tutup yang berfungsi sebagai ventilasi udara. Atap rumah bukan menggunakan genting, tapi menggunakan daun rumbia.
Baca Juga : Tari Moyo, Tarian Indah yang Unik Mirip Elang dari Nias
Rumah tradisional ini juga memiliki keunikan lain, yaitu tangganya yang bisa dipindah-pindah. Rumah ini merupakan rumah panggung sehingga untuk masuk ke ruang utama, kita harus menaiki tangga. Nah, karena budaya perang di Nias, tangga rumah dirancang untuk bisa dilepas dan dipindahkan, sehingga musuh tidak bisa masuk.