Di massa sulit pandemi covid-19 atau virus corona ini, banyak sekali buruh yang terkena di rumahkan dan bahkan sampai di PHK. Lantas, bagaimana dengan kabar buruh atau petani sawit?
Menurut Ketua Asosiasi petani kelapa sawit Indonesia (Apkasindo) Sumatera Utara Gus Dalhari Harahap menegaskan, petani sawit hingga saat ini masih bisa bertahan dari dampak pandemi COVID-19.
"Bisa bertahan, karena industri sawit masih terus beroperasi sejak awal pandemi COVID-19," ujarnya di Medan pada Minggu, 31 Mei 2020.
Baca juga: Indonesia ICT Institute: Investasi Digital menjadi Kebutuhan Primer di Era New Normal
Gus Dalhari mengatakan, petani tetap bisa memanen sawit dan ménjual ke pedagang/pabrik kelapa sawit. Sementara itu, harga tandan buah segar (TBS) sudah agak turun dampak banyak faktor.
"Jadi saat COVID-19 ini, petani sawit tidak terlalu mengalami kesulitan," ujarnya.
Harga TBS, Rabu lalu (27/5), misalnya berkisar Rp800 - Rp1.200 per kg. Kalaupun ada yang terganggu, secara persentase, ujar Gus Dalhari, paling tinggi hanya sekitar 20 persen.
Baca juga: Resmi, WHO Rilis Pedoman Kegiatan Massal di Tengah Pandemi
Ketua Umum Dewan minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, mengakui, industri sawit memang tidak terlalu terdampak dengan pandemi COVID -19. Dan pabrik masih beroperasi, meski ekspor terganggu.
"Produksi TBS memang belum terlalu banyak sehingga pabrikan masih tetap bisa menampung/mengolah TBS maupun CPO," katanya.