Stadion Teladan yang merupakan salah satu ikon kebanggaan Kota Medan, selain itu stadion ini dulunya juga pernah menjadi salah satu stadion olahraga yang pernah dibanggakan di Indonesia. Menurut berbagai sumber, stadion ini dibangun sejak tahun 1951-1953 dengan biaya Rp 7.000.000. Peletakan batu pertama stadion ini dilakukan oleh Gubernur Sumut, Abdul Hakim.
Pembangunan stadion yang terletak di Jalan Stadion, Teladan Barat, Medan Kota, Kota Medan ini dilakukan sebagai persiapan untuk menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-3 di Medan, Sumatera Utara. Pelaksanaan PON itu sendiri berlangsung 20-27 September 1953.
Di awal-awal, kapasitas stadion ini hanya sanggup menampung 2.000 orang. Kemudian berkembang menjadi 4.000 orang. Sekarang kapasitas stadion ini sudah bisa menampung lebih dari 20.000 orang.
Baca Juga : Anwar Ujang, Legenda PSMS dan Timnas yang Pernah Dipuji Pele, Begini Kisahnya
Dulunya dinding stadion ini masih terbuat dari tanah, kecuali bagian depan. Setiap kali PSMS berlaga di stadion ini, penonton yang membludak khususnya yang tidak memiliki tiket, sampai harus memanjat dinding tembok.
Stadion ini dirancang oleh seorang arsitek kenamaan di masa itu, yakni Ir Bwan Tjie Lim. Konon Bwan jugalah yang merancang Stadion Ikada, Jakarta.
Salah satu even bola terbesar bertaraf internasional yang pernah digelar di stadion ini adalah Marah Halim Cup (MHC) yang berlangsung 1972-1995. MHC dicetuskan oleh Gubernur Sumut, Marah Halim Harahap yang menjabat sejak 1967-1978.
Semula klub yang bertanding adalah klub-klub dalam negeri. Namun pada tahun 1974 even ini sudah terdaftar dalam agenda FIFA dan dampaknya evet ini pun diikuti klub-klub dari luar negeri.
Tidak tanggung-tanggung piala yang diperebutkan adalah piala berukuran 1,5 meter dan dibalut emas seberat 6 kilogram yang dipesan langsung dari London. Harganya pada tahun 1972 sudah mencapai Rp 6.000.000.
Pada even itu PSMS mencatatkan kemenangan dua kali yakni pada tahun 1972 dan 1973. Pada 1974 kemenangan berpindah ke klub Jepang bernama Japan XI. Tahun berikutnya diambil alih oleh Western Australia dan kemudian Australia XI. Kemudian berturut-turut Persija Jakarta Pusat, Burma XI (1978 dan 1979).
Tahun berikutnya berpindah ke Netherland XI, South Korea XI, West Germany XI, South Korea XI, Al-Jaish (Baghdad), South Korea XI, Yugoslavia Ameteur, Japan XI, FC Wageningen, China XI dan terakhir Medan Jaya.
Tak lama setelah Gubernur Marah Halim Harahap meninggal, (2/12/2015) di usia yang ke 94 tahun, para insan bola dan Pemko Medan mencoba menggulirkan kembali Marah Halim Cup, setelah lebih kurang 20 tahun vakum. Namun hingga kini niat itu masih sekadar wacana.
Baca Juga : Inilah Kisah Kejayaan PSMS Medan dari Juara Beruntun Hingga Taklukkan Ajax Amsterdam
Selain menjadi pemenang dua kali di Marah Halim Cup, PSMS sebagai "pemilik" stadion ini juga pernah menorehkan sejarah yang tak terlupakan di stadion ini. Pada tahun 1975 PSMS berhasil mengalahkan Ajax dari Amsterdam dengan skor 4-2 dalam suatu pertandingan persahabatan.
Stadion Teladan pun tidak hanya difungsikan sebagai tempat pertandingan sepak bola, tetapi juga digunakan untuk sejumlah konser musik. Salah satunya konser Adi Bing Slamet pada 16 September 1979. Saat itulah salah satu bagian stadion pernah ambruk karena tidak kuat menampung penonton.
Masa-masa kejayaan Stadion Teladan terus berlanjut hingga tahun 1990-an. Pada tahun 1996, sejumlah pertandingan sepak bola bertaraf internasional berlangsung di stadion ini. Termasuk pertandingan persahabatan timnas dengan tim yang tergabung dalam seri A Sampdoria pada tahun 1996.
Di tahun itu, klub-klub raksasa dari berbagai belahan dunia juga pernah merasakan stadion ini. Antara lain Grasshopper (Swiss) Lokomotiv (Moskow) Arsenal (Inggris) mereka bertanding dengan timnas PSSI. Tidak ketinggalan pula sejumlah liga tanah air pernah digelar di stadion ini. Seperti Pro Titan, Tim Devisi Utama, Bintang Medan, LPI.
Baca Juga : Kisah Heroik, Ronny Pasla Legenda PSMS Medan yang Pernah Tepis Penalti Pele
Seiring dengan waktu, stadion ini semakin kurang terurus. Pada beberapa titik, lapangan mulai ada yang berlubang. Ketika hujan turun, lubang-lubang tersebut berubah menjadi kubangan.
Selain itu, fasilitas lampu dan kursi penonton juga tidak representatif pagi. Karena kekurangan-kekurangan itu, stadion ini sempat tidak masuk verifikasi PSSI sebagai stadion yang layak digunakan.
Untuk mengatasi itu, Pemko Medan beberapa kali merenovasi stadion ini. Renovasi besar-besaran dilakukan 2012-2015. Selama 3 tahun itu, renovasi telah menghabiskan anggaran Rp 44 miliar. Renovasi itu pun tidak sia-sia. Hasilnya stadion ini kini telah dinyatakan lolos verifikasi oleh PSSI.