Menjelang dan selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), risiko penipuan digital cenderung meningkat seiring melonjaknya aktivitas transaksi online dan mobilitas masyarakat. Pelaku kejahatan siber memanfaatkan situasi ini untuk melancarkan berbagai modus penipuan yang menyasar individu maupun pelaku usaha.
Salah satu modus yang paling sering ditemui adalah phishing, yakni upaya memperoleh data pribadi melalui pesan palsu yang menyerupai institusi resmi. Tautan atau formulir yang dikirimkan biasanya mengatasnamakan bank, layanan pengiriman, hingga promo liburan, dengan tujuan mencuri informasi sensitif seperti kata sandi dan data keuangan.
Selain phishing, teknologi deepfake juga mulai digunakan dalam praktik penipuan. Pelaku memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memalsukan suara atau wajah seseorang, termasuk figur publik atau atasan di tempat kerja, guna meyakinkan korban agar melakukan transfer dana atau memberikan akses tertentu.
Untuk menghindari risiko tersebut, masyarakat diimbau lebih berhati-hati saat menerima pesan atau panggilan yang tidak dikenal. Verifikasi informasi melalui kanal resmi, hindari mengklik tautan mencurigakan, serta jangan membagikan data pribadi kepada pihak yang tidak dapat dipastikan keasliannya.
Peningkatan literasi digital menjadi kunci utama dalam menghadapi ancaman penipuan selama libur Nataru. Dengan kewaspadaan dan pemahaman yang baik terhadap modus kejahatan siber, masyarakat dapat menikmati momen liburan dengan lebih aman dan nyaman.






