Ramai Parenting VOC di TikTok: Disiplin Ketat atau Kekerasan Terselubung?

Ramai Parenting VOC di TikTok: Disiplin Ketat atau Kekerasan Terselubung?

Rama
2025-08-23 11:00:00
Ramai Parenting VOC di TikTok: Disiplin Ketat atau Kekerasan Terselubung?
Keluarga (Foto: Enervon)

Istilah Parenting VOC tengah menjadi sorotan publik setelah ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial seperti TikTok dan Instagram. Gaya pengasuhan ini mendapat respons beragam dari warganet dan para pakar, lantaran dianggap keras, kaku, bahkan cenderung menyerupai praktik kekuasaan kolonial Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Fenomena ini memicu diskusi serius di tengah masyarakat, terutama menyangkut dampaknya terhadap tumbuh kembang anak.

Apa Itu Parenting VOC?

Menurut penjelasan dari situs kesehatan HelloSehat, Parenting VOC merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan gaya pengasuhan otoriter. Pola ini menekankan pada disiplin ketat, aturan yang tidak bisa dinegosiasikan, dan komunikasi satu arah. Sebutan “VOC” sendiri digunakan secara metaforis untuk menggambarkan suasana rumah yang otoriter seperti pemerintahan kolonial Belanda masa lampau.

Media nasional seperti Kompas.com dan Detik.com juga mencatat bahwa parenting ini biasanya melibatkan bentuk hukuman fisik maupun verbal, serta minimnya dukungan emosional terhadap anak. Tak sedikit orang tua yang mengklaim bahwa pendekatan ini mampu membuat anak lebih disiplin dan mandiri.

Dampak Jangka Panjang: Psikolog Peringatkan Bahaya Tersembunyi

Meski tampak efektif dalam jangka pendek, para pakar memperingatkan bahwa pola asuh seperti ini memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan mental dan sosial anak.

Dalam laporan Detik.com (23 Maret 2025), psikolog anak menyebut bahwa pengasuhan otoriter seperti Parenting VOC dapat menyebabkan:

  1. Rendahnya rasa percaya diri, karena anak terbiasa ditekan dan tidak diberi ruang untuk berpendapat.
  2. Kesulitan dalam mengekspresikan emosi, yang bisa memicu kecemasan dan depresi.
  3. Perilaku agresif tersembunyi, karena anak menekan perasaan frustrasi.
  4. Kesulitan sosial dan adaptasi, akibat minimnya pengalaman berdiskusi dan berempati sejak dini.
  5. Potensi pemberontakan, terutama saat anak beranjak dewasa dan mulai mandiri secara emosional maupun finansial.

Kompas.com bahkan mengutip referensi dari platform psikologi seperti Verywell Mind dan WebMD, yang menyatakan bahwa anak yang dibesarkan dengan kontrol ekstrem cenderung tumbuh menjadi pribadi yang tidak stabil secara emosional dan tidak fleksibel dalam berpikir.


Muncul dari TikTok, Didukung Sebagian Orang Tua

Fenomena ini mendapat sorotan setelah sejumlah kreator konten di TikTok, seperti @Akulah dan Mamak Malvin, mempromosikan pendekatan Parenting VOC. Dalam unggahannya, mereka membanggakan bahwa anak-anak mereka sudah disiplin sejak usia dini misalnya bisa makan sendiri dan merapikan pakaian meski belum genap dua tahun.

Namun, pernyataan ini langsung menuai kritik dari para psikolog yang menilai bahwa kemampuan motorik dan kemandirian anak tidak seharusnya dipaksakan dengan tekanan berlebih.


Share :