Bali Digital Fashion Week 2022 (BDFW 2022) dihari kedua sukses digelar di Beachwalk Shopping Center Bali.
Total ada 10 ribu pengunjung lokal dan internasional yang meramaikan BDFW 2022 hari kedua ini.
Baca Juga: BDFW 2022 Gelar Talkshow “Indonesia Culture Into Digital Fashion & WEB3” di Beachwalk Kuta, Bali
Hari Kedua BDFW 2022
Bali Digital Fashion Week 2022 telah memasuki hari kedua pada 11 Desember 2022. Masih bertempat di Beachwalk Shopping Center Bali, MAJA Labs menghadirkan serangkaian acara menarik di hari kedua ini.
Seperti Workshop, Talkshow, AR Fashion Show, Suistainability Fashion Show, hingga Sharing Session.
BDFW 2022 sendiri berlangsung selama seminggu, yang sudah dimulai sejak 10 Desember 2022 hingga 16 Desember 2022. BDFW 2022 ini terselenggara atas kolaborasi yang dilakukan MAJA Labs dan Indonesia Creative Cities Network (ICCN).
10 Ribu Pengunjung Ramaikan BDFW 2022
Sekitar 10 ribu pengunjung pun dari lokal hingga internasional ikut meramaikan BDFW 2022 ini.
Para pengunjung pun antusias untuk mengikuti berbagai kegiatan di hari kedua ini, seperti Workshop Respon Seni Barang Bekas, Talkshow Indonesia Culture Into Digital Fashion & WEB3 hingga Sustainable Fashion Show yang digelar di Beachwalk Shoping Center Bali ini.
Data pengunjung tersebut berdasarkan survei dari pihak manajemen Beachwalk yang menunjukkan average daily visitor sebesar 10 ribuan pengunjung yang berasal dari turis lokal dan internasional.
Workshop Respon Seni Barang Bekas
Di sesi ini, MAJA Labs berkolaborasi dengan NOAH Project untuk menghadirkan Workshop Respon Seni Barang Bekas.
Workshop ini diisi oleh Direktur NOAH Project Anto Nugroho, lalu ada Digital Fashion Artist MAJA Labs Schieva, seniman Bali Evelyn Kosasih, serta ada aktor yang juga menjadi Brand Ambassador BDFW 2022 Ammar Zoni.
Talkshow Indonesia Culture Into Digital Fashion & WEB3
Di sesi ini, MAJA Labs yang berkolaborasi dengan beberapa designer internasional menghadirkan Talkshow Indonesia Culture Into Digital Fashion & WEB3.
Designer-designer Internasional tersebut dihadirkan untuk membahas mengenai peluang masuknya kultur Indonesia ke dalam digital fashion dan WEB3.
Beberapa designer tersebut adalah Founder TIALS WORLD Stephanie, CEO FAVOURSE Simon Smaluhn, serta Fashion Ekspert & Designer Daria Tianaliarr Jaque. Sementara itu, Co-Founder MAJA Labs Ibnu Adam menjadi moderator di talkshow ini.
Simon mengatakan bahwa kultur Indonesia memiliki peluang untuk bisa masuk ke digital fashion dan WEB3, hal ini karena ia melihat Indonesia berhasil tumbuh sangat cepat secara digitalnya.
"Indonesia tumbuh sangat cepat di ruang digital dan mendapat banyak dukungan dari pemerintah, dari berbagai lembaga, asosiasi, dan sebagainya. Menurut saya dan Indonesia memiliki begitu banyak kreator, seperti yang melakukan begitu banyak acara dan konsentrasi, menurut saya ada potensi besar," kata Simon.
Sementara Daria mengatakan bahwa digital fashion memberikan peluang bagi designer untuk bisa terus berkarya di segala macam situasi, seperti saat pandemi Covid-19 lalu.
"Anda memiliki lebih banyak peluang, misalnya seperti pandemi. Anda akan memiliki kesempatan karena anda tidak dapat membeli kain, semuanya tidak berfungsi. Tapi tetap saja bagi para desainer ini adalah kesempatan untuk duduk di rumah tetap berkreasi. Untuk masa depan fashion berkelanjutan juga sangat bagus," ucap Daria.
Sedangkan Stephanie mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki peluang yang besar di digital fashion dan WEB3. Hal ini karena banyaknya orang-orang kreatif di Indonesia, terutama generasi muda.
"Dan menurut saya banyak sekali kreatifitas di Indonesia terutama generasi baru yang belajar tentang teknologi ini," ungkap Stephanie.
Sustainable Fashion Show
Di sesi ini, MAJA Labs berkolaborasi dengan tiga brand fashion Indonesia, Stitchitup, Bertjorak dan Paraseni untuk menghadirkan Sustainable Fashion Show.
Disini ketiga brand tersebut memamerkan karya fashion mereka yang bisa dipakai secara berkelanjutan.
Kiki, Designer Stitchitup mengatakan bahwa Stitchitup menggunakan bahan-bahan bekas. Namun mereka tetap menggunakan bahan yang baru untuk bagian yang terkena langsung pada kulit. Hal ini bertujuan agar pakaian tersebut masih tetap berfungsi secara berkelanjutan atau sustain.
Baca Juga: Sustainable Fashion Show di BDFW 2022, Tampil Gaya dengan Barang Bekas Gak Ketinggalan Jaman
"Kita sepenuhnya menggunakan bahan bahan bekas, jadi kita tidak menggunakan bahan baru. Dan sekali kita pakai bahan yang baru itu kita pilih untuk bagian dalam yang terkena langsung pada kulit, karena kalau kita menggunakan bekas nanti fungsinya juga udah berkurang nggak sustain lagi, jadi kita menggunakan bahan yang enak buat di kulit," kata Kiki.