Hari Pahlawan Nasional akan digelar pada Rabu (10/11/2021). Salah satu Pahlawan Nasional yakni Rohana Kudus yang berkiprah di bidang jurnalistik. Dia menjadi wartawan perempuan pertama yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo pada November 2019.
Penasaran dengan fakta Rohana Kudus? Berikut Correcto.id rangkumkan profil dan biodata Rohana Kudus
Baca Juga: Ini Cara Lengkap Pengajuan Gelar Sebagai Pahlawan Nasional
Profil Rohana Kudus
Rohana Kudus Pahlawan Nasional
Ditetapkannya Roehana Koeddoes sebagai pahlawan nasional berdasarkan rapat antara Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dengan Jokowi pada 6 November 2019. Saat itu, rapat membahas usulan calon Pahlawan Nasional 2019 yang tertuang dalam Surat Menteri Sosial Rl nomor 23/MS/A/09/2019 tanggal 9 September 2019.
Penobatan gelar itu dilakukan dalam acara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara pada tanggal 8 November 2019. Kemensos turut mengundang Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, dan juga sejumlah ahli waris dari Rohana Kuddus.
Sosok Tentang Rohana Kuddus
Rohana Kuddus merupakan jurnalis perempuan pertama asal Sumatera Barat. Meski namanya tidak setenar Kartini, Rohana Kuddus tercatat memiliki kontribusi besar bagi perempuan di Indonesia.
Dikenal sebagai jurnalis perempuan pertama asal Sumatera Barat, Rohana lahir di Kotagadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 20 Desember 1884. Rohana Kuddus mempunyai nama asli, yaitu Siti Ruana. Dirinya merupakan putri Mohamad Rasjad Maharadja Soetan (Ayahnya) dan Kiam (Ibu).
Adapun darah Jurnalis Rohana langsung diturunkan dari sang ayah yang merupakan seorang wartawan.
Meskipun tidak mengecap pendidikan formal, perempuan berdarah Minangkabau tersebut tetap bisa belajar membaca dan menulis dari buku yang selalu dibawakan sang ayah sepulang bekerja.
Bahkan, Rohana terbilang mampu menguasai banyak bahasa asing. Mulai dari bahasa Belanda, Arab, Latin, dan Arab Melayu. Kemampuan itu makin mahir, terlebih saat ayahnya dipindahtugaskan ke Alahan Panjang.
Hal itu disebabkan Rohana bertetangga dengan isteri pejabat Belanda yang suka rela mengajarinya menjahit, merajut, dan menyulam. Hobi membaca, saat kecil Rohana diketahui mendapat kebebasan dalam membaca. Biasanya, dia membaca majalah terbitan Belanda yang memuat berita politik, gaya hidup, serta pendidikan di Eropa.
Ketika Rohana sudah berusia 17 tahun, ia harus tingggal dengan sanak familinya di Koto Gadang karena ayahnya mulai dinas di Kota Medan, Sumatra Utara. Sebagai anak perempuan pertama dari enam bersaudara, Rohana menjadi sosok yang mandiri.
Rohana Kudus Pahlawan Nasional
Ruhana Kuddus atau Rohana Kuddus ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2019. Adapun penetapan dilakukan berdasarkan pertemuan Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dengan Presiden Joko Widodo pada 6 November 2019 lalu.
Selain itu juga, penetapan Ruhana Kuddus sebagai Pahlawan Nasional juga berdasar pada Surat Menteri Sosial Rl nomor :23/MS/A/09/2019 tanggal 9 September 2019.
Penobatan gelar itu dilakukan dalam acara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara pada tanggal 8 November 2019. Kemensos turut mengundang Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, dan juga sejumlah ahli waris dari Ruhana Kuddus.
Rohana Kuddus Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia Roehana dikenal sebagai penulis dan jurnalis perempuan pertama di Indonesia. Dia rutin memberikan ide-idenya sebagai kritik sosial. Kerap kali ia membuat narasi sebagai kritik terhadap kondisi keterbelakangan kaum perempuan.
Bahkan, dirinya pun rajin menulis di koran. Kiprahnya tak sampai di situ saja. Ia ikut mengelola surat kabar dan membela hak perempuan. Roehana pun mengikuti jejak Tirto Adhi Soerya yang menerbitkan surat kabar perempuan pertama yang bernama Poetri Hindia.
Saat itu tulisan Roehana Koeddoes hadir di koran-koran. Salah satu surat kabar yang menghiasi tulisannya yaitu Soenting Melajoe pada tahun 1912. Namun tulisannya itu dinilai kritis dan progresif, di mana isu-isu yang disuarakan jauh melampaui zamannya.
Namun siapa sangka, tulisan Roehana Koeddoes justru mendobrak dunia kelam perempuan yang dipermainkan oleh adat istiadat yang tidak adil. Di zamannya, dia merupakan perempuan Hindia Belanda yang menyoroti akses pendidikan juga keterampilan perempuan.
Baca Juga: Biografi dan Profil Lengkap Agama R.A Kartini, Pahlawan Nasional Diperingati Setiap Tanggal 21 April
Kritis Terhadap Persoalan Perempuan
Di masa pertumbuhan sejak kecil sampai remaja, Rohana sudah mulai kritis terhadap kondisi perempuan di Koto Gadang. Pada usia 24 tahun, Rohana kembali ke kampung halaman dan menikah dengan seorang notaris bernama Abdul Kudus.
Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi. Rohana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.
Kemudian, kiprah Rohana di dunia jurnalistik dimulai dari surat kabar Poetri Hindia pada 1908 di Batavia. Koran ini dianggap sebagai koran perempuan pertama di Indonesia.
Rohana dinilai sebagai perempuan Indonesia pertama yang secara sadar memerankan dirinya sebagai seorang jurnalis. Dia bersedia meliput berita sekaligus menulis untuk kemudian dikirimkan ke media massa.
Sebelum mendirikan surat kabar Soenting Melajoe ia berkiprah di surat kabar Oetoesan Melajoe yang sudah terbit sejak 1911.
Pengalamannya mendapat apresiasi dari Datoek Soetan Maharadja alias DSM, pemilik Oetoesan Melajoe yang kemudian mendukung Rohana menerbitkan Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
Tak hanya itu, kiprah Rohana di dunia perempuan juga dikenal karena berhasil mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah Kerajinan Amai Setia.
Mungkin tak banyak yang tahu, Rohana Kudus adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama dan juga bibi dari penyair Chairil Anwar. Dia juga merupakan sepupu dari KH Agus Salim.
Biodata Singkat Rohana Kudus
Nama: | Rohana Kudus |
Tempat/ Tanggal Lahir: | Koto Gadang, Afam, Sumatera Barat 20 Desember 1884 |
Meninggal: | Jakarta 17 Agustus 1972 |
Orang tua: | Mohamad Rasjad Maharadja Soetan (ayah) Kiam (ibu) |
Suami: | Abdoel Koeddoes |
Sudara Kandung: | Sutan Syahrir |