Lubang Buaya merupakan sebuah nama jalan di Jakarta Timur, tepatnya di kawasan Cipayung yang merupakan saksi bisu tragedi G30S/PKI yang dihuni oleh makhluk gaib. Berikut sejarah lengkapnya.
Selain dihuni oleh makhluk gaib, Lubang Buaya juga mempunyai sejarah yang tak dapat dilupakan oleh bangsa Indonesia dan selalu diperingati tiap tanggal 30 September tiap tahunnya.
Baca Juga: Ini Video Full Film G30S PKI Lengkap Sinopsis, Sering jadi Kontroversi di Bulan September
Sejarah Lubang Buaya
Sebuah nama jalan di kawasan Cipayung, Jakarta Timur ini merupakan sebuah tempat yang dipenuhi oleh buaya. Tidak hanya itu, di tempat yang sama, juga ada siluman buaya putih yang merupakan makhluk gaib yang menghuni Lubang Buaya.
Namun, berkat seorang ulama yang bernama Pangeran Syarief yang memiliki julukan Datok Banjir, makhluk gaib yang berupa siluman buaya putih dapat diatasi.
Saat masa penjajahan kolonial Belanda, kawasan Lubang Buaya juga tidak dapat dikuasai berkat doa dari ulama itu.
Saksi bisu tragedi G30S/PKI
Dalam sejarahnya, Lubang Buaya merupakan sebuah tempat yang menjadi saksi bisu tragedi G30S/PKI. Sebab, di tempat itu dijadikan tempat pembunuhan dan pembuangan mayat para perwira Angkatan Darat (AD), yang terdiri atas Letjen Ahmad Yani, Mayjen R Suprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Pandjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu Pierre Tendean.
Baca Juga: Ini Link Download Film G30S PKI, Wajib Nonton di Bulan September
Monumen Pancasila Sakti
Untuk menghormati serta mengenang para perwira Angkatan Darat (AD), yang terdiri atas Letjen Ahmad Yani, Mayjen R Suprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Pandjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu Pierre Tendean yang dibunuh dan dibuang dalam sebuah lubang di Lubang Buaya, maka Presiden Soeharto saat itu mengusulkan sebuah ide untuk dibuatkan sebuah monumen. Bernama Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur.