Noken atau tas tradisional asli Papua yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, akan dijadikan sebagai merchandise resmi Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 yang akan digelar di empat daerah di Papua pada 2-15 Oktober 2021.
“Saat PON diselenggarakan, kita pihak penyelenggara menjadikan 25.000 noken, produk ekonomi kreatif kriya, sebagai merchandise resmi,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam Weekly Press Briefing virtual, Senin (30/8/2021) lalu.
Apa itu noken Papua yang menjadi merchandise resmi PON XX Papua 2021? Berikut Ini Sejarah Lengkapnya
Sejarah Noken
Noken Papua adalah salah satu tas tradisional masyarakat Papua yang dibawa dengan menggunakan kepala. Dimana, Noken sendiri dibuat oleh wanita Papua dengan menggunakan bahan alam, seperti serat pohon, kulit kayu, atau daun yang diproses menjadi benang yang kuat. Benang-benang tadi lalu diikat atau dianyam menjadi sebuah tas.
Tas tradisional Noken memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani dan Bauzi.
Bahkan hal yang menarik dari Noken ini adalah hanya orang Papua saja yang boleh membuat Noken. Para wanita di Papua sejak kecil sudah harus belajar untuk membuat noken, karena membuat Noken dari dulu hingga saat ini dapat melambangkan kedewasaan si perempuan itu.
Karena jika perempuan papua belum bisa membuat Noken dia tidak dianggap dewasa dan itu merupakan syarat untuk menikah. Noken dibuat karena suku-suku di Papua membutuhkan wadah yang dapat memindahkan barang ke tempat yang lain.
Sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti mengangkut hasil pertanian dan membawa barang dagangan ke pasar. Bahkan, tas serbaguna ini disebut tahan lama dan bisa membawa barang yang cukup berat, seperti kayu bakar, hewan, atau menggendong anak kecil sambil mendaki dan turun bukit. Keunikan Noken khas Papua terlihat dari bagaimana cara mereka membawanya.
Noken terbuat dari bahan baku kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan dan masih banyak lagi jenis pohon yang umum digunakan. Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan:
Yatoo atau Noken yang berukuran besar dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak.
Gapagoo atau Noken yang berukuran sedang digunakan untuk membawa barang-barang belanjaan dalam jumlah sedang.
Mitutee Noken yang berukuran kecil digunakan untuk membawa barang-barang pribadi.
Baca Juga: Papeda, Makanan Khas Papua yang Sehat Untuk Paru-Paru
Bahkan, keunikan Noken juga difungsikan sebagai hadiah kenang-kenangan untuk tamu yang biasanya baru pertama kali menginjakkan kaki di bumi Papua dan dipakai dalam upacara. Noken dibuat oleh orang perempuan Papua asli dan hanya merekalah yang berhak membuatnya, perempuan yang menguasai pembuatan Noken menunjukkan bahwa ia telah dewasa. Jika sudah dianggap dewasa, maka perempuan Papua barulah boleh menikah.
Warisan Budaya Dunia
Karena keunikannya yang dibawa dengan kepala, noken ini di daftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia. Pada 4 Desember 2012, noken khas masyarakat Papua ditetapkan sebagai warisan kebudayaan tak benda UNESCO.
Penetapan ini dilakukan setelah melalui proses panjang memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebagai upaya perlindungan terhadap warisan budaya sesuai dengan konvensi perlindungan warisan budaya tak benda oleh UNESCO tahun 2003.
Noken yang umum dikenal sebagai tas hasil rajutan khas dari Papua diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda (intangible cultural heritage). Penetapan ini berdasarkan hasil usulan dari Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.