Gitaris Slank, Ridho Hafiedz terang-terangan mengaku tidak puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam hal memperhatikan nasib musisi. Ridho mengatakan bahwa pemerintah semestinya menyediakan protokol kesehatan yang pasti agar mereka bisa kembali tampil di panggung off air.
Hal itu disampaikan Ridho Slank dalam channel YouTube Ari Lasso TV pada Selasa (18/5). Dalam wawancara tersebut, Ari Lasso bertanya tentang pandangan Ridho Slank terhadap kinerja Presiden Joko Widodo yang menjadi pilihan politiknya.
"Enggak puas, kalo gue kritik nanti dibilang kampret lagi, tapi gue bodo amat lah ya. Gue sebagai orang biasa kalo gue rasa itu bagus ya gue apresiasi. Kalau enggak ya gue kritik. Gue (pikir) hal yang wajar, jadi gua milih Jokowi gue enggak cinta mati. Ya gue pilih aja," ujar Ridho Slank.
Ridho menjelaskan bahwa dirinya beberapa kali menyampaikan kritik terhadap pemerintah salah satunya terkait perizinan ekspor benih lobster yang menjerat mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo. Namun hal tersebut tidak diunggah ke media sosial.
"Jadi gini loh Ri [Ari Lasso]. Orang pikir Slank enggak pernah kritik (Jokowi). Permasalahannya gini. Gue kenal lo, gue punya nomer lo. Kalau gue mau kritik ya buat apa kritik di medsos? Ya gue ngomong langsung, dan itu yang gue lakukan (juga ke Jokowi)," lanjut Ridho.
Baca Juga: Sosok dan Fakta Dua Pelaku Kreator TikTok di Lombok dan Bandung Hina Palestina
Lebih lanjut, Ridho juga mengaku tidak puas dengan kinerja pemerintah pusat menangani Covid-19. Gitaris Slank tersebut bahkan merasa dianak tirikan oleh pemerintah karena hingga saat ini pemerintah belum memiliki solusi kepada musisi agar bisa kembali tampil off air.
"Sebenarnya gue sempat ngomong dan omongan gue isinya komplain kepada pemerintah. Sekarang semua bidang usaha kerja, sebut saja deh, polisi, perusahaan besar juga kerja walau WFH (kerja dari rumah) tetap saja mereka kerja. Hanya kami saja musisi yang enggak ada protokol untuk event off air," ujar Ridho.
Pria kelahiran 3 September 1973 ini berharap pemerintah pusat dan pemangku kepentingan segera mencari solusi yang diharapkan dapat memulihkan industri musik Indonesia.
"Gini aja, lo boleh bikin acara seluas lapangan bola, cuma boleh 500 orang misalnya. Peraturannya emang sudah ada, begitu minta izin ke polisi diminta ke satgas juga, pas bilang ke satgas suruh ke polisi. Jadi gue minta ada pernyataan resmi dari pemerintah, Kemenkraf, Satgas bahas bagaimana bikin acara off air dengan prokes yang jelas," ujarnya.
Ridho menegaskan bahwa Covid-19 tak hanya berimbas pada musisi atau artis penampil semata, melainkan juga para pekerja panggung yang biasa menjadi bagian dalam sebuah pertunjukan musik.
"Kalo dibilang dianaktirikan ya karena kita enggak pernah dibahas serius, karena ini banyak orang yang terlibat. Off air kan bukan cuma soal artisnya. Ada ekosistemnya, ada orang panggung, soundsystem," ujarnya.
Ridho juga menegaskan bahwa meski ia memilih Jokowi namun hal tersebut tidak berarti bahwa ruang kritik untuk pemerintah tidak pernah ada. Lebih lanjut Ridho menjelaskan bahwa pandangan politik bersifat personal dan akan berubah.
Baca Juga: KPAI Respons Keputusan Sekolah di Bengkulu yang Mengeluarkan Siswa Akibat Hina Palestina di TikTok
"Jadi ini bukan suara Slank kebetulan kami berlima barengan. Jadi gua enggak setuju ini [yang dibawa-bawa] namanya Slank karena politik urusan person."
"Misalnya gue di Slank terus tiba-tiba pilihan gue bukan dia terus Slank bilang ayo gue enggak mau karena gue nggak pilih dia. Jadi buat gua ini kebetulan barengan tapi kalau suatu hari beda ya enggak masalah karena setiap orang punya selera masing-masing," pungkasnya.