Di Kota Surakarta, Solo ada sebuah museum memiliki berbagai cerita misteri berbau mistis. Museum Radya Pustaka namanya, museum ini didirikan oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV.
Sebagai salah satu museum tertua di Indonesia, museum ini menyimpan koleksi kuno yang sarat menyimpan sejarah dan kisah mistis.
Baca Juga: Cerita Misteri SMAN 4 Surakarta, Konon Ada Berbagai Makhluk Gaib yang Dipercaya Siswa dan Alumni
Dituliskan akun Instagram @misterisolo, beberapa naskah kuno di museum itu dilaporkan sangat susah untuk diterjemahkan. Bukan karena tulisan yang tidak jelas melainkan hal aneh yang muncul ketika naskah-naskah ini akan diterjemahkan.
Dari rancunya halaman yang hendak di digitalisasi dengan kamera, para penerjemah yang tidak kuat menerjemahkan hingga harus terlelap tidak sadarkan diri, hingga gangguan-gangguan ketika berada dirumah.
Baca Juga: Kisah Mistis 2 Siswa Pembunuh Guru di Manado, Mengaku Diganggu Makhluk Halus Setiap Tidur
Namun, beberapa pemuka agama Hindu di Bali menemukan bahwa beberapa naskah lontar di museum ini memang mempunyai kunci agar mudah untuk dibaca yaitu "om awigmastu nama sidham".
Berjalan lebih ke dalam, akan menemukan lorong yang sedikit gelap yang terdapat Canthik Rojomolo. Kunon, hiasan perahu ini merupakan simbol dari tokoh penguasa air yang perkasa dalam tokoh pewayangan. Hiasan yang terbuat dari kayu hutan Donoloyo ini dahulu merupakan hiasan yang terpasang pada perahu keraton.
Konon, beberapa danyang memang merasuk ke canthik ini untuk melindungi sang raja ketika bepergian menggunakan perahu kerajaan. Sekarang, 2 canthik yang dibuat pada tahun 1811 ini disimpan rapi di keraton Surakarta dan museum ini.
Menurut cerita, canthik ini merupakan pusaka keraton yang wajib diberi sesajen. Jika tidak, konon satu museum akan berbau amis. Bahkan, banyak cerita tentang orang yang kesurupan karena secara sengaja menghina dan berlaku tidak sopan dengan canthik ini.
Baca Juga: Cerita Misteri Makam Kemangi di Desa Jungsemi, dari Banyak Orang Tersesat hingga Pohon Misterius
Tidak hanya itu, beberapa pusaka, arca, dan benda kuno lainnya memang diwajibkan untuk diberi sajen. Meskipun beberapa benda kuno dipercaya masih memiliki "penunggu", namun gangguan atau interaksi kepada manusia sangatlah minim bahkan tidak ada.
Mungkin karena jaman yang sudah maju sehingga logika tentang dunia nyata menghilangkan sisi mistisnya atau karena memang sang penunggu sedang beristirahat untuk menunggu kelak bertugas lagi untuk menjaga kedamaian kota Solo.