Pastinya lalat merupakan tidak asing lagi bagi kita. Hewan jenis serangga ini cukup menyebalkan karena sangat menggangu ditambah lagi bila lalat hinggap pada makanan maka akan beresiko sakit perut.
Tidak hanya itu, di dunia ini terdapat dua jenis Lalat yang sangat berbaha, bahkan dapat membuat nyawa melayang! Yuk simak berikut ini:
1. Lalat Bot
Lalat Bot (foto: rizky-46.blogspot)
Yap, Lalat Bot namanya. Lalat ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Lalat ini juga punya bermacam jenis yakni, Lalat Bot Perut Kuda, Llat Bot Hidung Kambing, dan yang paling mengerikan adalah Lalat Bot Manusia!
Masing-masing lalat bot memiliki berbagai macam siklus reproduksi mengerikan dan setiap akhir dari siklus ini akan ada seekor belatung besar dan gemuk yang akan menempelkan diri di daging hidup masing-masing inangnya. Tidak sekedar menempel, mereka juga memakan daging inang ini hidup-hidup.
Baca Juga: Ketahui! Ini 5 Laba-laba di Dunia Punya Bisa Dapat Membuat Nyawa Melayang
Seperti lalat bot perut kuda, akan meletakan telur mereka di rerumputan. Kuda yang memakan rumput itu sekaligus akan memakan telur tersebut. Telur itu kemudian akan menetas di mulut kuda karena panas tubuh kuda. Kemudian akan masuk ke dalam tubuh kuda dan akan membuat lubang-lubang kecil di perut kuda sampai puas dan menjadi gemuk. Setelah siap mereka akan mengikuti sistem pencernaan kuda dan akan menjadi lalat setelah keluar dari tubuh kuda yang akan siap membuat siklus baru sama seperti itu.
Lalat Bot Manusia, akan menaruh telur mereka di tubuh lalat biasa atau nyamuk yang tentunya akan mendarat di tubuh manusia. Ketika mendarat di tubuh manusia, telur itu secara tidak sengaja akan jatuh di tubuh manusia dan karena panas tubuh manusia telur itu akan menetas menjadi larva. Larva tersebut akan masuk ke dalam kulit dan tumbuh besar di bawah kulit dengan perlahan memakan daging manusia.
Larva ini tidak tinggal diam dan tidak pemilih. Mereka dapat tumbuh di manapun tergantung di mana telur tadi jatuh. Dengan kata lain, bisa di hidung, di kepala bahkan di otak.
2. Lalat Tsetse
Lalat Tsetse (foto: vantage)
Lalat yang kedua berasal dari Afrika bernama Lalat Tsetse. Lalat yang menggigit berukuran besar ini hidup dari darah vertebrata. Tsetse merupakan vektor penyakit trypanosomiasis, yang menyerang manusia dan binatang ternak.
Baca Juga: 7 Spesies Paus Terbesar di Dunia, Salah Satunya Paus Biru
Tsetse adalah lalat raksasa dari Afrika, panjang tubuhnya dapat mencapai 1,6 cm dari ujung kepala hingga ekor. Warnanya tubuhnya bervariasi antara coklat muda dan coklat tua dan mempunyai dua antena di bagian kepalanya, sehingga perbedaanya akan tampak mencolok dibandingkan dengan lalat biasa. Saat tidak terbang kedua sayapnya dilipat secara bertumpuk diatas tubuhnya.
Fosil tertua dari lalat jenis ini pernah ditemukan di Colorado, dan setelah dianalisa usianya lebih dari 30 juta tahun yang lalu, sehingga Tsetse tergolong binatang purba yang masih eksis hingga saat ini.
Namun mengingat Tsetse adalah makhluk yang berbahaya dan dapat berkembang biak dengan pesat, maka tidak diperlukan adanya upaya untuk melestarikan binatang ini.
Tsetse adalah carrier (pembawa) bagi parasit Trypanosomiasis, jadi Tsetse tidak menghasilkan racun dan tidak berbahaya sebelum ia sendiri tertular Trypanosomiasis. Lalat ini suka menghisap darah, apabila darah korbannya telah terinfeksi Trypanosomiasis maka Tsetse akan tertular parasit tersebut dan dapat menyebarkan ke korban-korban berikutnya yang dihisap darahnya, karena air liur dari lalat ini ikut masuk kedalam lubang gigitan saat ia menghisap darah.
Baca Juga: 7 Jenis Burung Elang Terbesar di Dunia, Salah Satunya Elang Emas
Parasit Trypanosomiasis, menyebabkan demam, migrain dan menimbulkan kantuk yang luar biasa. Korban dapat tertidur (biasanya disebut Sleeping Sickness), dan bila tidak segera disembuhkan maka korbannya tidak akan pernah bangun lagi (meninggal). Binatang ataupun manusia dapat terinfeksi parasit ini dan juga dapat saling menularkan dengan perantara Tsetse.
Saat ini Suramin diberikan bagi pasien yang terdiagnosa dini, Eflornithine atau Pentamidine pada penderita yang agak lambat terdiagnosa, Melarsoprol diberikan bagi pasien yang telah terinfeksi lebih parah, namun makin lama pasien terdiagnosa dan tertolong, makin kecil pulalah peluang untuk selamat.
Tsetse hidup di daerah berair seperti danau, rawa, dan juga wilayah hutan atau padang rumput yang lembab. Masa hidupnya adalah sekitar 30 hingga 90 hari, namun dalam masa hidupnya yang pendek itu Tsetse dapat menyebarkan petaka pada banyak korbannya. Diperkirakan hampir 300 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat parasit Trypanosomiasis, akibat kurangnya obat-obatan dan keterlambatan diagnosa.