Pemerintah Indonesia melalui Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menyebut terdapat beberapa institusi nasional dalam pengembangan vaksin Merah Putih. Vaksin Merah Putih ini dikerjakan oleh ahli Indonesia dan diproduksi di Indonesia.
Terkait kemandirian vaksin di Indonesia yang berpenduduk 270 juta jiwa ini sangat beresiko jika hanya mengandalkan vaksin dari laur negari.
Namun, Bambang mengatakan dalam meriset vaksin corona dalam hal ini Vaksin Merah Putih memerlukan waktu yang sangat lama. Bahkan, ada bebrapa vaksin yang sampai saat ini belum ditemukan padahal penyakitnya sudah menyebar ke seluruh dunia. Seperti, HIV dan Ebola.
Baca Juga: Begini Respon Bio Farma soal Vaksin di Polandia Seharga Rp 35 Ribu
Mengingat, virus corona sudah sangat meresahkan dunia, tetutama Indonesia. Bambang mengatakan pihaknya akan mencari vaksin mengalami hambatan dalam menggunakan sel. Ada bahan-bahan yang harus diimpor, misalnya sel mamalia bahkan hewan yang dipergunakan untuk uji coba pun harus diimpor juga.
Institusi nasional yang tengah kembangkan Vaksin Merah Putih adalah Lembaga Eijkman Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Airlangga (Unair).
Sementara itu, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan jumlah pasien sembuh mencapai 315.000 kasus. Persentase angka kesembuhan sebesar 80,84 persen. Ada selisih sebesar 7,24 persen dengan angka kesembuhan global.
Sebelumnya, PT Bio Farma (Persero) merespon informasi yang mengatakan vaksin corona dari Sinovak di Polandia seharga Rp 35 ribu.
Baca Juga: Jokowi Sebut Teladan Nabi Muhammad Dapat Memajukan Indonesia
Hal tersebut didapatkan berdasarkan informasi yang disampaikan Politikus Partai Gerindra Fadli Zon mengenai harga vaksin corona dari Sinovac di Polandia.
Lebih lanjut, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengaku justru mempertanyakan validitas informasi yang disampaikan oleh Fadli Zon.