Ketua IDI bongkar fakta rapid test dan vaksin covid-19. Ketua IDI mengungkap bahwa rapid test bukanlah penentu pasien covid-19. Selain itu dirinya mengungkap bahwa yang terpenting dari vaksin covid-19 adalah eficacy dan safety nya.
Ketua terpilih Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. M. Adib Khumaidi, Sp.OT. membongkar fakta rapid test dan vaksin corona. Beberapa fakta yang diungkapnya cukup mengejutkan karena sangat berkaitan dengan penentuan pasien dan vaksin covid-19.
Menurutnya rapid test hanyalah sebagai sceerning atau penapisan awal. Sebab itu menurut Adib rapid tidak bisa menjadi penentu apakah seseorang terinfeksi virus corona atau tidak.
Baca juga: Ketua IDI Mau Disuntik Vaksin Jika Sudah Benar-benar Safety
"jadi kita sampaikan rapid test untuk screening saja, tapi bukan untuk testing yang berkaitan apakah ia positiv (covid-19) atau tidak" ungkap Adib dalam podcast Deddy Corbuzier pada 21 Oktober 2020.
Sebab itu dirinya bersama IDI sejak awal tidak setuju dengan pemberlakuan massal rapid test dalam menentukan pasien covid-19. Menurutnya ada dua cara yang paling akurat dalam mendeteksi Covid-19 yaitu dengan PCR dan CT scan. "Ada dua cara yang lebih utama saat ini untuk mendeteksi Covid-19 yaitu PCR dan CT scan," katanya.
Namun hal tersebut tidak bisa dilakukan di semua rumah sakit di Indonesia karena keterbatasan alat. Sebab itu keterbatasan alat PCR menjadi alasan pemberlakuan raid test namun hanya sebatas screeng saja.
"Memang dari awal kita sampaikan, namun pada saat itu ada alasan bahwa alat PCR yang ada di rumah sakit terbatas," lanjut Adib," ungkap Adib
Terkait vaksin Adib juga menerangkan bahwa pemberlakuan vaksin harus benar-benar lolos uji klinis fase III. Sebab pada fase uji klinis tersebut menentukan hal kelayakan, keamanan dan efek samping vaksin yang akan diberikan pada manusia.
Baca juga: IDI Tak Pernah Setuju Rapid Test Jadi Penentu Pasien Covid-19
"Vaksin atau obat itu harus melewati fase uji klinik yang harus dilewati. Salah satu fase yang paling penting difase uji klinik III adalah Eficacy dan safety nya, juga efek sampingnya," ungkapnya.
Sebab itu menurutnya jika vaksin akan diberikan kepada masyarakat maka harus benar-benar dibuktikan tiga hal tersebut. Terutama jika vaksin akan diberikan pertama kali pada tenaga kesehatan, maka vaksin harus benar-benar baik. Jika tidak maka justru akan menimbulkan masalah baru.
"Kita sangat ingin kemudian ini (vakisn covid-19) benar-benar teruji karena ada satu resiko. Ada satu resiko yang itu nanti tentunya jadi perhatian juga. Jangan sampe dalam kondisi saat ini yang kini kita membutuhkan tenaga medis yang cukup banyak malah sakit. Inilah kenapa eficacy, safety dan transparansi informasi terkait penelitian menjadi penting.