Seorang pemuda asal Kota Makassar, Sulawesi Selatan, bernama samaran Cakir memiliki kisah mistis yang menyeramkan. Diketahui, pria ini kerap seorang diri berkendara lintas daerah, lintas provinsi. Ia senang menyebut diri seorang rider atau pengendara.
Cakir senang bepergian sejak masih kecil. Pernah suatu waktu, semasa duduk di bangku kelas dua sekolah dasar, ia membuat bingung orang sekampung. Waktu itu ia bepergian menggunakan sepeda.
Baca Juga: Deretan Kisah Misteri Jembatan Sembayat, Dihuni Buaya Putih hingga Putri Kerajaan Solo
"Dulu saya pernah bikin heboh satu kampung pas libur kenaikan kelas, saat itu saya naik kelas 3 SD. Selama tiga hari saya tidak pulang ke rumah, dikira hilang padahal saya pergi kemping. Ada tempat baru yang saya temukan itu sekarang jadi tempat wisata," tuturnya.
Ia sejak kecil senang bepergian tanpa tujuan. Kadang sekadar berjalan menikmati suasana, seberapa pun jauhnya. Berawal dari pengendara sepeda, hingga saat ini ia menggemari mesin Suzuki. Meski mungkin kerap berhadapan dengan hal ganjil berbau mistis, ia akan tetap berjalan, berkendara selagi bisa, sejauh yang ia mampu.
"Pernah satu kali motor saya tiba-tiba berat seperti ada yang kubonceng di belakang," kata Cakir.
Waktu itu ia dalam perjalanan ke daerah bernama Luwuk, hujan baru saja berhenti, jalan aspal yang dilintasi masih basah. Tiba-tiba ia merasa motornya berjalan melambat karena satu beban yang berat. Padahal sebelumnya normal saja. Lagipula, ia tidak sedang membonceng siapa pun.
Namun ia merasa motornya benar-benar seolah tertindih beban berat. Dan setelah berjalan berat sepanjang kurang lebih 1 kilometer, motornya kembali normal. Ia berhenti di sebuah warung untuk istirahat, berpikir dirinya sungguh kelelahan.
Di warung makan itu ada seorang pemotor juga yang lagi turing seperti dirinya. Mereka duduk berhadapan dan orang tersebut menyapanya.
"Eh bro, pengendara Satria Fu yang tadi ya? Mau ke mana? Loh kok sendiri saja. Boncengannya yang tadi ke mana? Lain kali kalau bonceng orang tua, jangan lupa dipakaikan helm juga. Apalagi jalur lintas provinsi seperti ini rawan kecelakaan," kalimat ini dilontarkan orang tersebut pada Cakir.
Namun ia tak mengulik banyak tentang hal itu. Bahkan hingga kini, Cakir dan orang tersebut masih sering berkomunikasi. Namanya Hamdan, anggota komunitas motor Yamaha di Makassar. Ia tak ada keinginan mencari tahu jawab atas pertanyaan yang dilontarkan Hamdan itu.
Misteri lain ketika ia dan seorang teman bernama Rizal dalam perjalanan dari Kendari menuju Bombana, Sulawesi Tenggara. Senja hari, mereka masih menuju tujuan di Padang Savana di kawasan taman nasional Rawaopa. Mereka singgah di masjid terdekat untuk salat Magrib. Di sini Cakir menyaksikan hal-hal tidak wajar.
"Ini masjid besar tapi letaknya jauh dari pemukiman penduduk, di antara hutan. Di dalam masjid sejuk sekali rasanya. Tempat wudunya juga indah seperti ditata arsitek profesional. Pokoknya itu masjid indah sekali. Di dalam masjid ada orang tua yang cara berpakaiannya aneh. Kami salat bertiga, beliau yang jadi imam. Cara baca doanya terkesan lucu, saking anehnya saya lihat Rizal kayak menahan tawa," kenang Cakir.
Tak habis pikir ia dengan keadaan itu. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Namun, baru sejauh kurang lebih 50 meter, ia ingat tas kecil berisi safety tools tertinggal. Mereka lantas memutar arah berniat kembali ke masjid. Di situlah mereka benar-benar terkejut. Karena mereka berdua yakin tidak hilang atau salah arah, tapi nyatanya masjid besar tadi tak ditemukan lagi.
Pada waktu bingung itulah, seorang perempuan yang kemungkinan adalah warga setempat lewat, menanyakan apa yang mereka cari. Setelah keduanya memaparkan kejadian yang dialami, perempuan itu bergidik merinding dan mengatakan hal-hal yang lebih aneh lagi.
"Di sekitar sini memang sering kedengaran azan tapi tidak ada masjid. Masjid terdekat dari sini jaraknya 10 kilometer," kata perempuan itu.
Cakir dan rekannya Rizal dibuat melongo atas penuturan tersebut. Namun, belum lagi hal rumit itu terjawab, sebuah kejutan menyambut mereka pada pagi hari. Saat berada di penginapan, tepatnya di atas meja, mereka menemukan barang yang dicari. tas kecil berisi safety tools. Benar-benar kejadian di luar nalar. Tapi itulah yang mereka alami.
Ada satu pengalaman lagi yang katanya tak pernah ia ceritakan sebelumnya pada siapa pun. Kejadiannya sekitar September 2018. Waktu itu, Cakir sedang dalam perjalanan dari Kendari menuju Kolaka. Minggu subuh sekitar pukul 3 dini hari. Jaraknya sekitar 28 kilometer sebelum memasuki Kolaka. Di sebuah jalur terjal dan berkelok. Tepatnya di sebuah jembatan.
Sinar lampu motornya menyorot sebuah jembatan yang berada di jalur yang menikung tajam. Jaraknya tak terlalu jauh sehingga ia mampu melihat dengan jelas apa yang ada di hadapannya. Di jembatan itu, ia melihat sosok perempuan berdiri dan tiba-tiba melompat ke jurang. Spontan ia menghentikan laju motor dan mencari arah menuju bawah jembatan. Namun kosong. Sampai di bawah jembatan ia tak menemukan siapa pun.
Sosok yang ia lihat begitu nyata, membuatnya sejenak menghentikan langkah di sana. Ia menunggu pagi dan hari menjadi lebih terang. Ia masih penasaran dengan kejadian yang ia alami itu.
Hingga matahari perlahan menerangi, ia berjalan menyisiri sungai kering di bawah jembatan itu. Ia masih mencari-cari sosok perempuan di sana. Namun tak ditemukan. Baik jejak darah atau jejak langkah kaki pun tak ada di sana.
"Di bawah jembatan itu langsung jurang sedalam 20 meter," kata Syawal kepada Tagar melalui pesan via Instagram.
Begitulah beberapa kisah yang sempat ia ceritakan. Ketika ditanya mengapa ia tetap menyenangi turing hingga saat ini bahkan setelah mengalami kejadian-kejadian aneh seperti itu. Apakah ia benar-benar tidak memiliki rasa takut atau jera sedikitpun?
Cowok tinggi berbintang taurus itu berkata, "Tidak ada yang kita takutkan. Saya suka jalan sore tepatnya setelah waktu asar, lalu menjelang magrib. Pas magrib berhenti di tepian jalan lalu mendengar azan, itu nikmat sekali rasanya."
Sumber: Tagar.id