Di sebelah selatan Desa Plosorejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora, terdapat bekas pengeboran minyak era kolonial Hindia Belanda. Di lokasi tersebut, gas menyembur dari perut bumi sehingga menimbulkan gelembung dan riak-riak air. Warga setempat menyebut tempat ini dengan sebutan Mbah Sagoh.
Sumur tua bekas pengeboran minyak era Belanda ini menyimpan banyak misteri. Di sekitar lokasi sumur itu terdapat sebuah pohon yang sering dipakai acara sakral oleh warga dari berbagai daerah.
Warga setempat menyebut, sumur tua itu dihuni makhluk gaib yang dikenal dengan sebutan Mbah Sagoh. Bekas dupa maupun sesaji masih terlihat di sekitar lokasi pepohonan yang ada di sana.
Baca Juga : Kisah Mistis Sumur Jalatunda Dieng yang Konon Pengabul Harapan
"Mbah Sagoh itu mahluk gaib penghuni di sini. Banyak orang-orang dari luar daerah bikin acara bancakan di titik sekitar pohon ini," kata sesepuh Desa Plosorejo, Piyono (50) dilansiri dari Kumparan.com.
Piyono menyebut bancakan biasanya diadakan di hari tertentu saja. Utamanya pada saat bulan Muharram (Suro), di sekitar lokasi sumur tua tersebut ada orang yang menggelar acara.
"Kemarin pas bulan Suro ya ada. Entah warga dari mana bikin acara di sini. Mereka bagi-bagi makanan dan daging juga ke para petani," ucapnya.
Baca Juga : Seram! Kisah Mistis dan Angker Sumur 7 di Puncak Gunung Karang Banten
Menurut Piyono, tujuan warga dari berbagai daerah membuat bancakan atau sesajen di sumur tersebut untuk mencari berkah hidup dan pesugihan.
"Mbah Sagoh. Kata-kata itu kan dari sugih kemudian jadi Sagoh. Artinya itu pesugihan," sebutnya.
Piyono menceritakan, sering kali muncul fenomena aneh di sekitar lokasi sumur tua tersebut. Dia mengatakan, seperti halnya fenomena semburan sumur yang tidak mengalir ke area persawahan milik petani. Padahal air bercampur gas di sumur tersebut selalu menyembur sejak zaman dirinya belum lahir.
"Cerita bapak saya, kakek saya begitu. Itu sudah menyembur sejak dulu," kata Piyono.
Di lokasi yang berdekatan dengan tempat yang dianggap sakral tersebut, ada sebuah titik semburan api kecil yang dulunya menyala seperti api abadi Mrapen.
Saat ini, titik tersebut maupun api abadi Mrapen sudah padam yang disebabkan banyak hal. Penampakan yang ada, bekasnya pun masih terlihat jelas bahwa dulunya pernah ada api yang menyala di titik itu. Bahkan tampak pula sejumlah bangkai burung pun mati di titik lokasi setempat.
"Perkirakan sekitar 7 tahun lalu, api yang menyala kecil di sini di tutup warga dengan batu-batu. Apinya langsung mampet padam," Pungkas Piyono.