Berada di Jalan Cilangkap, Tapos, Kota Depok, Vihara Gayatri yang dibangun di atas lahan 2 hektare tersebun menyimpan keunikan tersendiri.
Keberadaan tujuh sumur yang kini sudah dilengkapi menjadi sepuluh sumur menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung. Beragam mitos tentang tujuh sumur hingga mitos lainnya di sekitaran vihara.
Ada satu lokasi yang juga tak kalah ramai dikunjungi, itulah tempat patilasan Eyang Semar dan Mbah Jepra dengan patung macan yang terdapat disana.
Baca Juga: Kisah Mistis Rumah Pesugihan Bungurasih yang Berakhir Pilu
Erat kaitannya dengan Prabu Siliwangi, mulut patung macan yang terbuka dipenuhi lembaran uang. Mitosnya, siapa yang menyimpan uang di mulut macan akan diberi keberkahan tersendiri.
Selain mitos keberkahan saat meletakkan uang di mulut patung macan, ada pula kisah lainnya terkait keberadaan sepayang kayu berwarna merah yang disebut kayu naga.
Konon lewat komunikasi dengan leluhur, maka ada isyarat saat melempar kayu tersebut. Jika salah satu kayunya tertutup dan satu kayu lainnya terbuka, maka itu jadi pertanda persetujuan leluhur.
Setiap sumur di Vihara Gayatri, konon memiliki khasiat tersendiri.
Mitosnya, sumur Sri Ningsih berguna untuk menenangkan lahir batin, sumur Sri Waras guna sehat sentosa, sumur Sri Lungguh untuk kedudukan dan derajat, serta sumur keempat yang diberi nama Sri Kunaratih Kumadjaya dengan mitos kemudahan tentang jodoh.
Selain empat sumur tersebut masih ada lagi sumur rezeki yang konon bisa mendatangkan rezeki bagi yang mandi disana. Di sumur ini banyak ditemukan uang koin yang dilempar pengunjung.
Baca Juga: Kisah Mistis Gedung Angker Polsek Palmerah, Dijadikan Tempat Uji Nyali untuk Pelaku Tawuran
Mitosnya, koin tersebut sebagai lambang agar kita mendapat kemurahan rezeki dari sang maha pemberi.
Sementara itu, sumur keenam diberi nama sumur Sri Mulyasari dengan mitos terkait pengobatan segala macam penyakit, serta sumur ketujuh Sri Pontjo Warno Guna untuk menolak malapetaka.
Meski yang tersohor adalah tujuh sumur, tapi sejatinya ada sepuluh sumur yang kini berada di kawasan Vihara Gayatri. Dari sumur kesepuluh yang dibangun belakangan, memiliki keunikan tersendiri.
Jika sumur-sumur lainnya dianjurkan untuk pengunjung mandi disana, maka di sumur kesepuluh justru ada pantangan untuk mandi. Sumur ini hanya dikhususkan sebagai tempat cuci muka dan airnya diminum.
Baca Juga: Mitos Makam Pangeran Wiraguna di Jakarta Selatan, Mempunyai Ranjang dan Kelambu
Keberadaan sumur di Vihara Gayatri telah merentang sejarah panjang. Awalnya sumur ini dibangun pada tahun 1987, dua tahun setelah orang tua Mulyawati yang adalah anak pembangun vihara tersebut.
Proses penggalian sumur sendiri diawali dari kisah tak lazim, dimana ada wangsit lewat mimpi untuk menggali tujuh sumur yang letaknya di sisi kiri vihara.
Sumur-sumur ini ramai dikunjungi terutama di hari libur dan akhir pekan. Tapi ada satu kebiasaan yang telah mengakar sejak lama, yakni mandi pada malam Selasa Kliwon.
Jika mandi pada malam tersebut, ada prosesi khusus yang harus dilewati dan tak hanya kalangan tertentu. Sumur-sumur dengan mitos beragam khasiat tersebut dikunjungi banyak warga dari berbagai kalangan dan latar belakang budaya.
Seiring perjalanan waktu, keberadaan sumur-sumur ini disebut sebagai wujud Sinkretisme. Perpaduan dari berbagai paham dan aliran yang menghasilkan beragam abstrak untuk mencari keserasian dan keseimbangan.
