Salah satu dari perwakilan Gerakan Muda Bersatu Nasional, Effendi Syahputra menyatakan bahwa kelompok-kelompok yang selalu membuat gaduh adalah organisasi tanpa bentuk, yang digunakan hanya untuk membelah sentimen kepada pemerintah.
Terkait situasi ekonomi dan politik nasional yang terus naik turun akibat dampak dari pandemi corona, kata dia, semestinya mendorong seluruh elemen bangsa bekerja bersama.
Kemudian, terkait dengan semboyan #ErickOut, kata dia merupakan sebuah gerakan yang menyebar kebencian.
“Sebagai generasi muda, saya sedih jika masih kelompok-kelompok yang membuat gaduh ini hanya sebatas bermotif politis. Entah motifnya jabatan atau proyek, tapi yang pasti kurang elok bagi kita untuk terus menghujat apalagi melakukan fitnah yang tidak-tidak kepada Menteri Erick. Menteri Erick sedang bekerja keras dalam hal meredakan pandemi, dengan segala macam usaha. Justru saya mengajak kita mendidik rakyat dengan akal sehat, dengan data dan fakta yang benar” jelas Effendi, dalam keterangan tertulis, Kamis 24 September 2020.
Baca Juga: Pengakuan Mahasiswi yang Diperkosa Bergilir di Makassar, SN Adalah Pelaku
Soal BUMN mengalami kerugian di tengah pandemi corona, kata dia satu hal yang sangat logis di tengah pandemi. Salah satu pemasukan terbesar Pertamina adalah konsumsi bahan bakar transportasi pribadi.
"Situasi daya beli untuk konsumsi otomatis turun drastis, karena di banyak kota-kota besar di Indonesia memberlakukan PSBB. Lagi pula mobilitas masyarakat hampir berkurang 40% dari biasanya, bahkan anjuran dari WHO jika sebuah kota sudah banyak klaster baru mobilitas masyarakatnya harus berkurang hingga 70%," katanya.
Sebagai penutup tokoh muda yang juga merupakan pengacara publik ini menjelaskan rumors terkait dengan PHK, bahwa hal yang sebenarnya tidak seperti yang dituduhkan kelompok kegaduhan kepada Menteri Erick. Pengurangan beban pekerja dalam lingkungan BUMN adalah satu konsekuensi logis di tengah pandemi. Itu adalah bagian dari penyesuaian situasi ekonomi global yang juga melemah. BUMN melakukan holdingisasi perusahaan dalam rangka efisiensi beban belanja pegawai dan meningkatkan fungsi kontrol di masing-masing entitas BUMN.
“Penyesuaian kepegawaian itu, secara komposisi lebih banyak aspek tidak melanjutkan kontrak kerja antara pihak BUMN dengan pekerja kontrak (Non-PHK). Jikapun ada perusahaan BUMN yang tidak penuh membayar hak gaji pegawainya, itu adalah BUMN yang mewarisi masalah sejak masa lalu. Dan holdingisasi adalah salah satu cara memperbaiki itu semua.” Tutup Effendi Syahputra.
Baca Juga: Klinik Aborsi Ilegal yang Raup Rp 10 Miliar Sejak 2017 Gunakan Dokter Gadungan
Sekedar informasi, tidak hanya BUMN Indonesia saja yang mengalami kerugian, melainkan juga perusahaan BUMN Rusia Rosneft di sektor minyak dan gas juga mengalami kerugian. Aset di Venezuela dijual, cabang di Saudi Arabi pindah, dan mulai mengalihkan investasinya ke bidang lain.