Dikenal sebagai Keramat Tajug, keberadaan sejumlah makam termasuk makam Tubagus Atif panglima perang Kerajaan Banten di atas lahan seluas lebih dari satu hektare mengalirkan beragam mitos.
Salah satu yang paling kental dan terus dikisahkan turun temurun adalah tentang lokasi makam keramat yang konon tanahnya bisa naik tinggi hingga 77 meter dalam waktu satu malam saja.
Dalam mitosnya, setelah Tubagus Atif meninggal tahun 1721, sang panglima perang dimakamkan di Tajug. Semula keberadaan makam dan Tajug disebut rata dengan area lainnya.
Baca Juga: Sering Terjadi Kecelakaan, ini Cerita Misteri Tikungan Jalan Sidareja-Karangpucung Cilacap
Tapi konon dalam waktu satu malam ketika dilihat keesokan hari, tanah pusara sudah meninggi seperti bukit yang kini dikenal warga sebagai Gunung Puyuh setinggi 110 meter.
Untuk bisa sampai ke area Keramat Tajug, dimana terdapat pusara Tubagus Atif, para pejiarah dan warga harus menyusuri anak tangga.
Area makam itu sendiri kini sudah lebih tinggi mencapai 110 meter dari area di sekelilingnya. Begitu sampai di puncak Gunung Puyuh, banyak makam-makam lainnya.
Selain makam keturunan Tubagus Atif, ada pula pemakaman warga setempat. Tapi makam Tubagus Atif sendiri berada di dalam tajug dan sangat terawat.
Bukan satu makam saja, ada satu makam lagi disana yang disebut sebagai adik Tubagus Atif yang lebih dulu meninggal dunia.
Keramat Tajug bukan sekedar nama, banyak kisah tak termakan logika mengalir disana. Salah satu yang paling kerap diceritakan adalah tentang kejadian misterius seorang jemaah haji asal Indonesia pada tahun 1949.
Mitosnya jemaat tersebut tertinggal oleh rombongan dan tak bisa pulang ke Indonesia. Konon ia tiba-tiba melihat orang menggunakan jubah.
Saat menceritakan kejadian itu, sosok kakek-kakek tersebut menyuruh sang jemaah memejamkan mata. Ajaibnya dalam waktu sekejab ia sudah berada di area Keramat Tajug dengan banyak makam disana.
Saking keramatnya tempat ini, lokasi Keramat Tajug juga dijadikan pusat untuk melangsungkan acara pencucian benda-benda pusaka yang digelar setahun sekali.
Biasanya di momen-momen tertentu, seperti maulid nabi. Tradisi ini konon sudah dilakukan turun-temurun sejak satu tengah abad silam.
Dari penuturan tokoh masyarakat disana, beragam benda-benda pusaka yang berusia diatas 50 tahun lebih seperti keris, tombak dan benda pusaka lainnya bisa jalani prosesi ini.
Bukan pencucian biasa pula, ada ritual khusus untuk upacara pencucian yang biasa disebut tutup puser seperti menggunakan beragam kemban serta air kelapa.
Selain untuk melestarikan tradisi yang sudah berlangsung lebih dari 100 tahun, pencucian benda-benda bernilai sejarah tinggi juga menghadirkan mitos tersendiri.
Konon sejumlah benda pusaka seperti keris atau tombak bisa terbang sendiri jika ada orang yang berniat tidak baik. Anehnya lagi keris itu kembali ke tempat semula dengan ada bekas darah tersisa. Tapi benda-benda pusaka tersebut diletakkan secara khusus di museum agar tak ada yang menyalahgunakannya.
Sumber: Silet