Penjor merupakan satu simbol penting dalam Hari Suci Galungan. Penjor merupakan lambang dari naga Basukih yang berarti kemakmuran dan kesejahteraan.
Penjor biasanya dipasang oleh umat Hindu di bali untuk menyambut Hari Suci Galungan. Biasanya Penjor dipasang pada Hari Selasa Anggara Wage Dungulan (Penampahan Galungan) pada siang hari jam 12 lewat.
Bagi kamu yang belum tahu Penjor itu berikut correcto.id coba rangkum beberapa hal penting tentang Penjor yang perlu kamu tahu seperti, apa itu penjor hingga arti dan maknanya.
Baca juga: Makna Hari Suci Galungan dan Hari Raya Kuningan
Penjor secara fisik material merupakan sebatang bambu yang panjang dan melengkung. Bambu melengkung tersebut dihiasi dengan janur atau daun Enau yang masih muda dan juga dedaunan lainnya. Sementara Penjor secara substansial merupakan simbol atau ekspresi syukur atas keselamatan dan kesejahteraan bagi umat Hindu di Bali.
Adapun makna penjor melihat pada bahan-bahan yang digunakan ternyata memiliki makna yang cukup dalam. Bambu yang panjang melengkung merupakan perlambangan dari gunung yang tinggi sebagai tempat suci. Adapun hiasan yang menempel pada Penjor yang terdiri dari berbagai jenis buah seperti kelapa, pisang, dan ada juga kain adalah simbol dari apa yang telah diciptakan Hyang Widhi Wasa (Tuhan) sebagai rahmat bagi manusia.
Baca juga: Petik Edelweis di Gunung Lawu, Pendaki Wanita Ngeyel Saat Diminta Taruh Kembali
Secara lebih dalam makna dari setiap bahan yang digunakan dalam penjor bisa merujuk pada tulisan yang ada pada lontar Tutur Dewi Tapini, sebagai berikut:
"Ndah Ta Kita Sang Sujuna Sujani, Sira Umara Yadnva, Wruha Kiteng Rumuhun, Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan Sang Hyang Tri Purusa Meraga Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa Meraga Candra, Hnyang Sadha Siwa Meraga "Windhune", Sang Hyang Parma Siwa Nadha."
Artinya: "Wahai kamu orang-orang bijaksana, yang menyelenggarakan yadnya, agar kalian mengerti proses menjadi kedewataan, maka dari itu sang Bhuta menjadi tempat/tatakan/ dsar dari yadnya itu, kemudian semua Dewa menjadi sarinya dari jagat raya, agar dari dewa semua kembali kepada hyang widhi, widhi widhana (ritualnya) bertujuan agar sang Tri Purusa menjadi isi dari jagat raya, Hyang Siwa menjadi Bulan, Hyang Sadha Siwa menjadi windu (titik O), sang hyang parama siwa menjadi nadha (kecek), yang mana kesemuanya ini merupakan simbol dari Ong Kara."
Tidak sembarangan, Penjor merupakan simbol keagamaan yang sakral. Kehadirannya bukan hiasan ritual upacara keagamaan semata namun lebih dari itu memiliki makna yang begitu dalam. Bahkan wajib dibuat secara lengkap dengan kelengkapannya dan dalam membuat penjor ada upacara khusus.
Sumber: indobalinews