Hiasan Janur Kuning kerap terlihat dipasang dalam setiap kultur prosesi budaya maupun keagamaan mayoritas orang Jawa. Dari acara ruwatan, khitanan maupun pernikahan dan lain sebagainya, pemasangan janur tersebut ternyata, bukanlah hiasan pemanis belaka, melainkan memiliki maksud dan tujuan tertentu.
Dimana, penamaan janur kuning memiliki harapan bagi calon pengantin. Menurut arti harfiah, janur berasal dari kata Jan yang berarti Jannah atau surga. Sedangkan nur memiliki arti cahaya. Apabila disatukan maka diartikan cahaya dari surga.
Lalu kata kuning dipercaya memiliki makna sabda dadi yaitu berharap semua perkataan baik bakal terwujud dan dihasilkan dari hati atau jiwa yang bening. Pemasangan janur kuning pada acara pernikahan, diharapkan dapat membuat kedua mempelai nantinya menempuh kehidupan yang tentram.
Baca Juga : Inilah 5 Filosofi Rumah Adat Jawa yang Kini Jarang Ditemui
Baca Juga : Puasa Ngebleng Ala Jawa yang Katanya Bisa Bikin Sakti, Benarkah?
Baca Juga : Seram! Ini Beberapa Mitos Misteri Malam Satu Suro
Janur kuning juga mengisyaratkan cita-cita mulia dan tinggi untuk menggapai cahaya Ilahi dengan hati yang bening. Selain itu, biasanya pada acara pernikahan ada 2 janur kuning yang dipasang.
Janur kuning yang berada di sisi kanan adalah simbol pengantin laki-laki. Sedangkan janur di sisi kiri adalah pengantin perempuan. Harapannya kedua pengantin selalu hidup berdampingan seperti janur yang dipasang berdekatan.
Di sisi lain, mitosnya janur kuning dapat memprediksi calon pengantin perawan dan perjaka atau tidak. Mitos ini dikenal dengan istilah tetenger. Apabila dua janur kuning yang dipasang tidak layu hingga akhir acara pernikahan, maka kedua pengantin dikatakan masih perawan dan perjaka. Sebaliknya, apabila ada salah satu janur yang layu atau bahkan kering sebelum pernikahan berakhir, maka ada pengantin yang sudah tidak perawan atau perjaka lagi.
Baca Juga : Lingsir Wengi Dianggap Sebagai Lagu Pemanggil Mahluk Halus di Pulau Jawa, Benarkah?
Baca Juga : Ini Beberapa Mitos yang Dipercaya Hingga Saat Ini Menurut Budaya Jawa
Baca Juga : Kisah Mitos Batu Minta Keturunan, Pemberi Jodoh dan Poligami di Ciamis, Minat?
Tapi sebenarnya janur memang memiliki kadar air yang tinggi. Sekadar informasi, janur berasal dari daun kelapa. Jika daun itu terpisah dari batang dan tidak mendapatkan cukup air dari akar, maka kadar air dalam daun akan menguap.
Hal inilah yang kemudian membuat janur bisa layu atau mengering dengan berubah warna menjadi kecoklatan. Oleh karenanya, beberapa pengrajin janur kuning memiliki teknik tersendiri guna menyiasati janur tetap setar. Biasanya mereka menghindari teknik potong atau gunting sehingga tidak cepat berubah warna.
Siasat tersebut juga memiliki makna tersendiri loh. Konon, apabila janur dibuat dengan cara tidak dipotong atau digunting, maka calon pengantin dapat menghadapi berbagai persoalan hidup.