Kisah Mistis Kajeng Kliwon yang Dikenal Angker dan Dikeramatkan di Bali

Kisah Mistis Kajeng Kliwon yang Dikenal Angker dan Dikeramatkan di Bali

Alpandi Pinem
2020-08-19 16:08:31
Kisah Mistis Kajeng Kliwon yang Dikenal Angker dan Dikeramatkan di Bali
Kajeng Kliwon (Istimewa)


Kajeng Kliwon adalah hari yang dikenal angker bagi sebagain besar umat Hindu di Bali. Pada hari itu juga diyakini sebagai hari pertemuan dan perkumpulan Leak untuk mengasah keilmuannya

Kajeng Kliwon merupakan hari yang perhitungannya jatuh pada Tri Wara,  yaitu Kajeng dan Panca Wara, Kliwon. Pertemuan antara Kajeng dengan Kliwon, diyakini sebagai saat energi alam semesta yang memiliki unsur dualitas bertemu satu sama lainnya.

Upacara Kajeng Keliwon dilaksanakan setiap 15 hari kalender. Upacara dan upakara-upakara yang wajîb dilakukan pada hari Kajeng Kliwon hampir sama dengan upacara dan upakara Kliwon lainnya.

Para leluhur zaman  dahulu, sudah menetapkan bahwa cara yang cocok untuk menerapkan ajaran suci tersebut adalah dalam bentuk yajna seperti yang kita lakoni selama ini. Yaitu menghaturkan segehan blabaran setiap rahinan Kajeng kliwon yang datangnya setiap 15 hari sekali.

Pada hari  Kajeng Kliwon umumnya dipergunakan untuk berbuat ugig  (sejenis Pengeleakan, Teluh dan Sebagainya) oleh orang yang menekuni ilmu Pengeleakan di Bali.  Di Bali Penestian atau pengeleakan dihidupkan atau dilakukan pada waktu rerainan Kajeng Kliwon. Karena pada saat itulah bangkitnya para Bhuta Kala (Bhebutan).

Anggapati yang menghuni tubuh manusia dan mahluk lainnya. Sebagai makanannya maka dia boleh memangsa atau mengganggu manusia apabila keadaannya sedang melemah atau dikuasai oleh nafsu angkara murka. Maka tidaklah mengherankan apabila ada orang sampai gelap mata membunuh saudara, teman, ibu, bapak, anak dan yang lainnya. Karena pada saat itu ia dikuasai oleh nafsu angkara murka. Dalam keadaan itu dia dikendalikan oleh Bhuta Kala.

Baca Juga : Kisah Misteri Ilmu Kuno Pengleakan di Bali yang Konon Dianggap Sesat dan Mengerikan

Baca Juga : Seram! Ini 3 Tempat di Bali yang Dikabarkan Angker, Berani Berkunjung?

Baca Juga : Kisah Mitos Dibalik Wanita Bali yang Nama Aslinya Tidak Boleh Diucapkan, Benarkah?


Untuk menetralisir hal tesebut maka umat hindu dianjurkan untuk melakukan pengendalian diri berupa meditasi dan tapa brata, yoga dan samadhi. Banten segehan/ blabaran adalah salah satu sarana untuk menetralisir kekuatan negatif. Disamping itu tentunya dengan mendalami ajaran- ajaran agama dan menerapkan dalam kehidupan sehari- hari.

Mrajapati merupakan penghuni kuburan dan perempatan agung. Sebagai makanannya maka ia berhak memangsa bangkai mayat yang ditanam melanggar waktu (hari- hari yang dilarang oleh Kala) dan kecaping aksara/ Padewasaan.Dia juga boleh memakan, mengaganggu orang yang memberi hari/padewasaan yang bertentangan dengan ketentuan melanggar serta melakukan upacaranya.

Banaspati merupakan penghuni sungai- sungai dan Batu- batu besar. Sebagai makanannya adalah orang yang lewat atau berjalan ataupun tidur pada waktu-waktu yang terlarang oleh Kala. Misalnya pada waktu tengah hari/ sandikala.

Sedangkan Banaspati Raja merupakan penghuni kayu- kayu besar. Misalnya; Pohon Kepuh, randu, dan pohon kayu yang dianggap angker. Dia punya kuasa mengganggu/ memangsa orang yang menebang kayu atau naik pohon pada waktu yang terlarang oleh Kala Kecaping Aksara(Dewasa).

Menurut lontar kanda Pat Bhuta, keempat Bhuta tersebut adalah perwujudan dari “Sang Catur Sanak”, yaitu ketika seorang anak / Bayi dilahirkan didunia dia disertai oleh 4 saudara berupa “Nyama sekala” dalam wujud; Yeh Nyom dan Ari-ari. “Nyama sekala” tersebut bernama;  i Jelahir, I Mekahir, I Selabir, dan I Mokahir, I Jelahir berada dibarat, I Mekahir berada di timur, I Selabir ada di Selatan, dan i Mokahir berada di utara.

Setelah dewasa “Nyama Niskala itupun berubah namanya”;  I Jelahar menjadi Anggapati, I mekahir menjadi Prajapati, i Selabir menjadi Bhanaspati, dan I Mokahir menjadi Bhanaspati Raja.

Baca Juga : Mengerikan! Ini 5 Fakta yang Sangat Mengerikan Terjadi dari Sumpah Pocong

Baca Juga : Pasti Bikin Merinding Kalo Dibaca! Ternyata Ini 3 Ritual yang Dilakukan Perias Mayat Sebelim Bekerja

Baca Juga : Kisah Mistis Gua Angker Panji Landung di Bali yang Miliki Pancuran yang Konon Dapat Menyembuhkan Penyakit

Baca Juga : Gebogan, Sesaji yang Diusung Saat Tradisi Hindu di Bali


Pemurtian atau penjelmaannya ; Anggapati memurti menjadi pertiwi (zat padat), Mrajapati memurti menjadi Apah (zat cair), Bhanaspati mamurti menjadi Teja (cahaya sinar panas), Bhanaspati Raja memurti menjadi bayu(Waha, angin) sedangkan sang anak manusia itu sendiri menjadi Akasa (Ether, Kosong, Hampa, Sunya) inilah yang disebut “sang panca maha Bhuta” .

Para wiku / orang wikan senantiasa menganjurkan agar seorang jangan sampai melupakan saudara empatnya karena jika hal ini dilalaikan maka kekuatan dari saudara empat itu akan dimanfaatkan oleh orang jahat untuk menyakiti dirinya.

Pada zaman dulu ada kepercayaan masyarakat Bali untuk menetralisir suatu penyakit pada hari Kajeng kliwon. Maksudnya jika ada orang yang menderita sakit menahun seperti; Koreng, Gondongan, Bisul, yang tidak sembuh- sembuh. Maka sakit itu bisa dibuang. dengan cara menghaturkan segehan/ blabaran di penataran agung atau di pertigaan agung, lengkap dengan banten yang telah ditentukan.

Bisanya dipilih pada hari kajeng kliwon pamelestali (5 hari sebelum piodalan Sang Hyang Haji Saraswati), yang disebut Watu Gunung Runtuh. Pada dasarnya hari Kajeng Kliwon merupakan hari yang sangat keramat karena kekuatan negatif dari dalam diri maupun dari luar manusia amat mudah muncul dan mengganggu kehidupan manusia.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30