Rusmina nenek asal Cirebon Jawa Barat yang kini hari senjanya dihabiskan di panti jompo Tresna Werdha Teratai Palembang, Sumatera Selatan menyimpan kisah heroiknya saat melawan penjajah.
Dengan menggelora, dia tak lelah menceritakan kisah hidupnya melawan penjajah Belanda di pertempuran bersejarah lima hari lima malam di Palembang tahun 1947.
Baca Juga:
Kisah Mistis Komandan Hanandjoeddin Mengusir Pasukan Gaib dari Jembatan Tua yang Ingin Diledakkan
Kisah Pejuang Aceh Nyamar jadi Hantu untuk Mengintai dan Membuat Prajurit Belanda Ketakutan
Merinding! Begini Kisah Mistis Salah Satu Warga Kalimantan yang Rumahnya Diteror Hantu Kuyang
"Waktu itu semangat saya berkobar, kalau lihat Belanda atau Jepang langsung emosi, biar tak bunuh saja," ungkapnya.
Pada saat perang yang diceritakan Nenek Rusmina, nyawanya nyaris hilang setelah tertembak senjata Belanda. Beruntung, peluru hanya mengenai payudaranya sebelah kiri. Lantaran lukanya membahayakan, tim kesehatan memutuskan payudara Rusmina harus dioperasi. Belum sembuh betul, Rusmina kembali memanggul bambu runcing.
Rusmina mengaku tidak ada paksaan menjadi pejuang melawan penjajah. Dia bertekad andilnya dalam peperangan bisa mengusir musuh dari Tanah Air.
"Tidak terhitung lagi berapa kali perang lawan Belanda dan Jepang. Terakhir di Palembang, sampai punya suami orang sini," ceritanya.
Dia sempat membeberkan perasaannya saat membunuh musuh. Nenek Rusmina mengaku makin banyak penjajah terbunuh semakin membuatnya bersemangat bertempur.
"Wah semangat makin hebat, makin beringas. Kalau bisa semuanya saya bunuh. Puas, Belanda dan Jepang dibunuh pakai bambu runcing," ujarnya.
Nenek Rusmina juga menceritakan pengalamannya saat dipuji banyak orang, yang mengatakan Nenek Rusmina wanita yang kuat dan tidak ada rasa takut.
Tetapi ketika menceritakan awal mulanya dia memutuskan masuk di barisan para pejuang, tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Betapa teguh pendiriannya meninggalkan orangtua dan sebelas saudaranya di Cirebon, Jawa Barat, untuk maju di medan tempur.
"Keluarga melarang, tapi saya sudah bulat, saya pingin jadi pejuang. Alhamdulillah diterima jadi tentara waktu itu," ungkap Rusmina.
Dari sekian banyak pengalaman yang dialami, Rusmina tidak bisa melupakan suatu peristiwa yang secara naluri tak masuk akal dan menjijikkan. Peristiwa itu adalah meminum darah seorang pejuang Indonesia yang tewas.
Waktu itu, kata dia, seluruh pejuang sedang istirahat usai berperang. Banyak korban di pihak masing-masing. Tak lama, komandannya membawa sebuah wadah berisi darah. Mereka pun bertanya untuk apa darah tersebut. Darah itu adalah teman seperjuangannya yang tertembak.
Tanpa diduga, para pejuang disuruh meminum darah itu. Meski tak dipaksa, mereka menuruti perintah itu karena mendengar alasan bahwa dengan meminum darah teman sendiri jiwa patriot tentara akan semakin berkobar dan tanpa ada rasa takut.
"Jijik sekali minumnya. Saya cuma satu sendok. Dipaksain minum, tutup hidung langsung aja. Katanya biar lebih bersemangat lagi," ujarnya.
Baca Juga:
Kisah Mistis Warga Kalteng Ketemu Hantu Suluh Berjarak 20 Meter dari Mereka
Secara kebetulan atau tidak, sehabis melakukan itu, di hati Rusmina dan para pejuang lain semakin besar kebencian akan keberadaan penjajah.
"Ya, memang beda. Tangan ini pinginnya mengepal terus," tuturnya.
"Bahkan, sampai sekarang emosi saya masih meledak-ledak. Mungkin karena minum itu ya," tutupnya.
Sumber: Merdeka.com