Watu Dodol yang berada di Jalan Situbondo - Banyuwangi No.KM, RW.14, Parasputih, Bangsring, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur selain menyimpan misteri, batu ini juga menyimpan legenda.
Menurut beberapa sumber yang diutarakan oleh masyarakat Banyuwangi, kisah ini diawali oleh seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Residen Schophoff pada masa penjajahan.
Baca Juga:
Serem! 2 Patung di Indonesia ini Dipercaya Bisa Menari
Watu Dodol di Banyuwangi ini Menyimpam Sejumlah Misteri, ini Cerita Mistisnya
Belalang Goreng Khas Kwanyar di Madura ini Dapat Meningkatkan Vitalitas Pria, Begini Pengakuan Warga
Residen Schophoff berencana untuk membuat sebuah jalur dari Banyuwangi menuju Panarukan. Namun dalam menjalankan rencananya, Residen Schophoff mengalami kendala, yaitu tepat di jalur yang ingin ia bangun terdapat sebuah bukit. Dengan adanya bukit tersebut, tentu sangat tidak mungkin rencana pembuatan jalan yang ia rencanakan akan berhasil.
Rencana Residen Schophoff ini pun mendapat perhatian dari Tumenggung Wiroguno I, yang pada kali itu menjabat sebagai pemimpin di Banyuwangi. Lalu ia mengadakan sebuah sayembara, barang siapa bisa memindahkan bukit tersebut, ia akan menghadiahkan nya tanah yang luas. Tanah yang dijanjikannya meliputi bukit batu tersebut hingga daerah Sukowidi.
Sayembara sudah berjalan selama berbulan bulan, namun tak ada seorang pun yang dapat memenuhi permintaan dari Tumenggung Wiroguno I. Tumenggung pun hampir putus asa, sepanjang hari ia memikirkan bagaimana caranya supaya bukit tersebut dapat di pindahkan.
Sampai suatu ketika ia ingat jika ia memiliki seorang penasehat, Ki Buyut Jaksa. Ki Buyut Jaksa merupakan seorang penasehat yang cukup sakti, dan sekaligus orang yang di anggap guru oleh Tumenggung. Ki Buyut Jaksa ini tinggal di Pinggiran Bukit Boyolangu.
Di tempat yang asing jauh dari keramaian, Ki Buyut Jaksa mengangkat seorang anak yang bernama Nur Iman, anak dari seorang yang bernama Lesmani. Nur Iman inilah yang selalu menemani keseharian Ki Buyut Jaksa selama berada di tempat pengasingan.
Tumenggung Wiroguno berupaya untuk membujuk penasehatnya yang sakti tersebut supaya mau memindahkan bukit yang menghalangi pembangunan jalan. Ki Buyut Jaksa pun menyetujuinya. Dengan dibantu oleh Nur Iman anak angkatnya dan bantuan jin, Ia mampu membuat sebuah jalan melalui bukit yang menjadi penghalang tadi.
Bantuan yang di lakukan oleh Jin ini ternyata tidak gratis, melainkan para Jin tersebut meminta 3 permintaan sebagai balas jasa atas apa yang telah dilakukannya. Tiga permintaan tersebut antara lain; tidak boleh mendodol batu yang sudah diberi tanda oleh para Jin, sisakan Seonggok Batu untuk duduk di Pinggir Pantai, dan Ki Buyut Jaksa dan Cucunya harus mengunjungi tempat ini.
Kisah ini lah yang melatar-belakangi wisata Watu Dodol. Sedang kan nama Watu Dodol jika di artikan dalam bahasa Indonesia yaitu "Watu" artinya adalah Batu, dan "Dodol" artinya membongkar.
Secara etimologi, dalam bahasa Jawa, Watu memiliki arti Batu. Istilah Dodol dapat diartikan sebagai jenang. Jenang Dodol dapat merujuk kepada makanan manis berbentuk persegi seukuran kelingking. Dodol juga dapat berupa makanan dari ketan yang ditumbuk, dibentuk lonjong seukuran telapak tangan, kemudian digoreng.
Baca Juga:
Gua Lebar di Madura, Gua Memiliki Mitos Cocok Tujuan Berwisata
Merinding! 3 Gunung di Indonesia Ini Dikenal Paling Angker
Watu Dodol merupakan batu karang berwarna hitam yang sangat keras serta memiliki bentuk yang unik, yaitu bagian atasnya lebih besar daripada dasarnya. Pada bagian selatan sisinya, tumbuh sebatang pohon kelor yang menambah keunikan batu tersebut. Meskipun dulu terlihat angker, tetapi kini Watu Dodol terlihat asri karena dihiasi taman sebagai jalur hijau.
Sumber: Kompasiana