Dallas Buyer Club diklaim sebagai film yang terinspirasi dari kejadian nyata. Film ini mengisahkan tentang perjuangan seorang penderita HIV atau Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk selamat dari kematian. Selain itu film in juga menggambarkan tentang borok dari politik bisnis farmasi dalam hal penanganan kasus HIV pada saat itu.
Film ini merupakan kisah dari Ron Woodrof (Matthew Mc Counaghey), seorang homophobic cowboy berjuang melawan penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang hidupnya divonis tinggal 30 hari oleh dokter. Film ini diklaim sebagai film yang diadaptasi dari kisah nyata seorang Ron Woodroof yang hidup pada tahun 1980-an.
Pada tahun tersebut masyarakat Amerika Serikat masih belum mengenal istilah HIV/AIDS. Mereka menyebut penyakit mematikan tersebut dengan sebutan "kangker homo" karena penyakit tersebut diklaim hanya diderita oleh mereka kaum homoseksual. Maka munculnya kasus Ron Woodroof yang divonis ternjakit HIV menjadi hal unik saat itu.
Sebagai seorang lelaki normal dengan orientasi seks pada wanita, hal tersebut membuat Ron tidak percaya atas vonis dokter terhadap dirinya. Bagi Ron penyakit ini tidak hanya menakutkan sebab virus yang mematikan, tapi juga memalukan sebab stigma kuat penyakit para kaum homoseksual. Hal tersebut pun membuat Ron dijauhi oleh teman-temanya dan lingkunagnnya dan dicap sebagai pencinta sesama jenis.
Baca juga: Bill Gates Sebut Kemampuan dari Microsoft Bantu Perang Lawan Pandemi, Begini Caranya
Tidak ingin mati di kasur rumah sakit Ron keluar dari ruang perawatan dan meriset semua hal tentangan HIV/AIDS dan obat yang bisa menyembuhkan. Para ahli di bidang kesehatan pada saat itu masih belum menemukan obat untuk bisa menyembuhkan penderita penyakit tersebut. Disinilah bagian menarik dimulai, dimana Ron akhirnya menemukan obat yang disebut Azidotynidine (AZT). Obat pertama yang diklaim mampu mengobati penyakit HIV saat itu, namun masih berstatus tahap uji coba pada manusia.
Pada saat bersamaan, rumah sakit tempat Ron divonis terkena HIV tengah melakukan riset dan pengujian terhadap keampuhan AZT. Obat ini merupakan obat antiretroviral yang diperkirakan dapat memperpanjang masa hidup pasien AIDS dan merupakan satu-satunya obat yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) saat itu. Namun saat Ron meminta obat tersebut pada Dr. Eve, dirinya menola untuk memberikannya dengan alasan obat tersebut masih dalam tahap uji coba. Tidak putus asa, akhirnya Ron bisa mendapatkannya dengan cara menyogok seorang petugas rumah sakit.
Bukannya membaik, kondisi Ron jutsru semakin parah setelah mengkonsumsi obat AZTtersebut. Ajaibnya Ron justru masih hidup setelah melewati 30 hari sejak dirinya divonis dokter, namun tetap dalam kondisi yang semakin buruk. Tidak ingin berhenti berjuang, Ron memberanikan diri menerobos perbatasan menuju Meksiko untuk mendapatkan informasi dari alamat yang diberikan petugas rumah sakit. Disinilah dirinya bertemu dengan Dr. Vass.
Pencerahan dan Memanfaatkan Masalah sebagai Peluang Bisnis
Dari Dr. Vass Ron akhirnya tahu bahwa AZT "beracun" dan "membunuh setiap sel yang berhubungan dengannya". Dr. Vass kemudian memberikan resep koktail obat-obatan dan suplemen nutrisi yang mengarah pada ddC dan protein peptide T, yang belum disetujui di Amerika Serikat.
Merasa lebih baik setelah mengkonsumsi obat yang direkomendasikan Dr. Vass, Ron pun berfikir bahwa obat-obat tersebut bisa menghasilkan banyak uang baginya. Ron pun pulang ke Dallas dengan membawa obat-obat tersebut. Dibantu teman nya yang transeksual Rayon/Raymond (Jared Leto) dirnya menjual obat tersebut kepada penderita HIV yang mayortias adalah kaum homoseksual. Hingga akhirnya terciptalah Dallas Buyers Club.
Bisnisnya tersebut pun berjalan dengan baik pada mulanya. Banyak pembeli yang dihasilan oleh rekan bisnisnya Rayon hingga akhirnya menjadi pelangan tetap. Bahkan tidak hanya itu para pasien HIV di rumah sakit tempat uji coba AZT kabur dan lebih memilih obat di Dallas Buyer Club. Ron pun harus berusaha lebih keras untuk memiliki banyak stok obat. Hal tersebut memaksa dirinya harus bepergian ke beberapa negara untuk bisa mendapatkan pasokan obat tersebut. Di AS sudah tidak mungkin mendapatkanya sebab kebijakan FDA.
Singkat cerita, entah dianggap sebagai ancaman bisnis atau alasan lainnya FDA (badan POM-nya Amerika Serikat) menindak, IRS (badan pajaknya US) juga menindak, dan akhirnya polisi. Ron dan Rayon pun akhirnya kehilangan semuanya. Ron bahkan harus kehilangan sahabatnya Rayon yang mati di rumah sakit sebab sakit dan diklaim Ron diperparah sebab ZTA.
Penulis rasa film ini tidak hanya tentang kisahnyata perjuangan ODHA dari kematian, tapi juga tentang kemanusian, kepahlawanan, dan tentunya pertemanan. Bahkan jika ingin lebih berani mengungkapkan, film ini juga adalah tentang perlawanan kepada penguasa yang dinilai zolim sebab kebijakan yang mementingkan bisnis daripada kemanusian. Film ini adalah sebuah perjuangan melawan korporasi farmasi raksasa dengan segala persekongkolan didalamnya demi mempertahankan bisnis yang diyakini membawa kebaikan. Pdahal kenyataan justru membawa malapetaka dan merugikan pasien HIV.
Sebagai sutradara, Jean-Marc Vallee telah berhasil menciptakan alur film yang dramatik yang mampu menguras emosi para penonton. Film ini menjadi menarik ketika Vallee juga mampu menampilkan tokoh oposisi yaitu pemerintah dan para pemilik perusahaan medis yang dengan kekuasaannya mengendalikan bisnis medis obat Azidotynidine (AZT) sebagai obat pertama yang diklaim mampu mengobati penyakit HIV. Film ini juga menampilkan bagaimana kisah perjuangan hidup Ron dan Rayon untuk bertahan hidup, kemudian melawan pemerintah dan bisnis medis untuk menyelamatkan para penderita HIV. Dallas Buyers Club pun yang awalnya merupakan bisnis perlahan menjadi sebuah media untuk menyelamatkan hidup manusia yang terancam mati oleh penyakit HIV.