Klampis Ireng merupakan situs sejarah yang berada di areal persawahan empat desa, yaitu Desa Gandukepuh, Desa Sragi, Desa Paju, dan Desa Brotonegaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Tampat ini disebut-sebut sebagai tempat kerajaan gaib dan selalu dikunjungi orang sedang mengemban masalah maupun yang mau meminta rezeki.
Baca Juga: Sendang Beji, Kolam Peninggalan Kerajaan Majapahit Penuh Mistis, Begini Kisah Seramnya
Baca Juga: Sadikem, Hantu Cantik Selalu Bergentayangan di Jembatan Jiwan Madiun, Benarkah?
Baca Juga: Ini Beberapa Mitos Jawa yang Paling Banyak Beredar di Masyarakat, Benarkah?
Ketika memasuki lokasi Klampis Ireng terdapat banyak pohon yang menambah suasana asri dan sejuk, gerbang depan terdapat dua patung semar bercat hitam yang menyambut kedatangan pengunjung, juga tembok yang mengelilingi kawasan. Ada plang bertuliskan 'Petilasan Eyang Ismoyo'.
Masuk ke dalam, ada jalan selebar 1 meter dengan panjang 15 meter menuju tengah lokasi. Di tengah ada sebuah gazebo berbentuk lingkaran serta sebuah tabung yang diyakini sebagai bekas tempat tumbuhnya pohon Klampis.
Menurut keterangan warga setempat yang dikutip dari berbagai sumber, lokasi ini tidak hanya warga bumi reog yang berkunjung, tapi juga dari luar Pulau Jawa. Seperti dari Papua, Sumatera, Sulawesi.
Orang berkunjung ke lokasi bersejarah ini kebanyakan melakukan pertapaan. ujuannya mengeluarkan mereka dari permasalahan yang dihadapi.
Baca Juga: Telaga Ngebel di Jatim, Objek Wisata Alam Menyimpan Legenda Hingga Larangan Buang Ludah
Baca Juga: Bukit Piramid di Bondowoso, Objek Wisata Indah Dihuni Dewi Rengganis Suka Menggoda Pria Pendaki
Tidak hanya warga biasa, ada pejabat yang juga datang ke Klampis Ireng tujuan meminta jabatan yang lebih tinggi atau kenaikan pangkat.
Klampis Ireng merupakan kerajaan gaib, Patung Semar yang diletakkan di depan gerbang merupakan simbol keberadaan Kyai Semar di lokasi. Lokasi ini juga sering terjadi orang hilang, warga setempat mengatakan penyebab orang itu hilang karena banyak pengunjung berniat tidak baik saat datang.
