Sinetron Si Doel Anak Sekolahan dan Pesan Moral di Dalamnya

Sinetron Si Doel Anak Sekolahan dan Pesan Moral di Dalamnya

Dedi Sutiadi
2020-07-05 23:45:35
Sinetron Si Doel Anak Sekolahan dan Pesan Moral di Dalamnya
Keluarga si Doel dalam Sinetron Si Doel Anak Sekolahan. ( Foto: Istimewa)

Sinema elektronik (sinetron) yang berjudul 'Si Doel Anak Sekolahan' adalah salah satu hasil cipta, karsa, dan karya anak bangsa yang sangat fenomenal. Sinetron ini hadir melawan arus pasar di masanya dengan memuat banyak pesan moral di dalamnya. Anak sekolahan, budaya betawi, gerak zaman perkotaan dan modernisasi adalah kata-kata kunci penting dalam sinetron ini.

Bahkan jika mau jujur dan lebih juah berspekulasi, penulis berani katakan sinetron satu ini tidak kalah bersaing dari drama korea (drakor) yang saat ini tengah digandrungi penonton Indonesia. Pernyataan ini tentu bukan tanpa dasar. Drakor yang digandrungi saat ini jika melihat alur ceritanya menyajikan kisah yang sederhana tapi selalu ditunggu kelanjutannya, sebab kelanjutan cerita yang kadang tidak terprediksi. Bumbu kisah cinta yang rumit juga kerap dihidangkan dalam drakor. Bumbu tambahannya yang kerap menjadikan drakor lebih menarik adalah adanya unsur komedi di dalamnya.

Naaah, jika melihat tiga ciri di atas, kesemuanya itu ada dalam sinetron 'Si Doel Anak Sekolahan' yang popoler di Indoensia tahun 90an bahkan juga sampai ditayangkan di luar negeri. Gak percaya? Si Doel Anak sekolahan adalah kisah sederhana keseharian Doel dan keluarganya sebagai orang betawi asli, namun di dalamnya banyak drama dan kisah kelanjutan yang selalu ditunggu-tunggu oleh penonton di setiap minggunya. Kisah cinta di dalamnya adalah kisah cinta segitaga antara Doel (Rano Karno), Sarah (Cornelia Agatha), dan Zaenab (Maudy Koesnaedi). Kisah cinta segita yang rumit dengan ending yang gampang-gampang susah ditebak. Unsur komedi ada pada peran dan dialog banyolan khas betawi oleh Babeh Sabeni (Benyamin S), Engkong Ali (Pak Tile), Mandra ( Mandra), dan unsur Jawa Mas Karyo (Basuki).

Diadaptasi dari 'Novel Si Doel Anak Betawi' yang Dikarang Orang Padang
Sinetron Si Doel Anak Sekolahan pertama kali ditayangkan di stasiun televisi swasta Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) pada tahun 1994. Sinetron ini merupakan adaptasi dari film sebelumnya yang berjdul 'Si Doel Anak Betawi' garapan Sjuman Djaya pada tahun 1973. Karakter si Doel dan alur cerita tentang budaya Betawi awal mulanya di munculkan oleh  Aman Datuk Madjoindo dari novel yang ditulisnya "Si Doel Anak Betawi" pada 1932. Artinya bisa dibilang kedua film di atas terinpirasi dari novel yang ditulis oleh  Aman Datuk Madjoindo tersebut.

Adapun sosok  Aman Datuk Madjoindo adalah seorang sastrawan terkenal Indonesia. Ia dikenal sebagai penulis angkatan Pujangga Baru di Indonesia. Aman Datuk Madjoindo lahir pada 5 Maret 1896 di Supayang, Payung Sekaki, Solok, Sumatera Barat.

Baca juga: Film Dokumenter Perjalanan Karir Lin Dan, Siap Rilis Pasca Dirinya Pensiun

Sejak kecil dirinya memang sudah bercita-cita untuk enjadi pengarang. Dan petualangan itu dimuali saat dirinya menempuh pendidikan di Hollands Inlandsche School (HIS) dan juga pernah bersekolah di Kweekschool (Sekolah Raja) di Bukit Tinggi. Sempat menjadi guru di Padang namun dirinya kemudian memutuskan untuk merantau ke Jakarta.

Pada 1920, Aman hijrah ke Jakarta dan bekerja di Balai Pustaka, tempat yang kelak mengasah kemampuan dan menjadi jalan meraih cita-citanya. Di Balai Pustaka, Aman Datuk menerjemahkan buku anak-anak berbahasa Belanda ke bahasa Melayu. Ia sempat mengikuti kursus Bahasa Belanda di Messter Cornelis (sekarang Jatinegara). Disinilah dirinya muali bersentuhan dengan teks-teks Belanda dan mempelajari budaya Betawi.

Pada 1927, Aman menderita sakit paru-paru. Setelah itu, dia memutuskan mengambil cuti dan beristirahat di kota kelahirannya, Solok. Setelah kesehatannya pulih, ia kembali ke Jakarta dengan sejumlah karya yang dihasilkannya.selama di Solok, salah satunya novel Si Doel Anak Betawi. Novel ini ditulisnya selama hampir tiga bulan sebelum akhirnya dipublikasi pada 1932 dan mendapatkan perhatian publik.

Kisah si Doel ternyata tidak terhenti di tahun 1932 lewat Novel tersebut. Pada 1973, sutradara Sjuman Djaja mengangkat kisah novel karya Aman Datuk dalam film dengan judul yang sama, "Si Doel Anak Betawi". Tokoh Doel diperankan oleh Rano Karno kecil. Pada 1994, diadopsi bebas menjadi sinetron dengan judul Si Doel Anak Sekolahan yang disutradarai Rano Karno, bahkan pada tahun 2018 diangkat ke layar lebar dengan judul Si Doel The Movie. Merujuk sebuah penelitian Si Doel The Movie mendapat respon positif dari pennonton Indoneisa. Tercatat film Si Doel The Movie berada di posisi keempat dengan jumlah penonton terbanyak dengan angka 1.757.653 penonton.

Pembeda, Hal Positif yang Bisa Diambil, dan Pesan Moral

Tentu perjalanan panjang dan berbagai prestasi yang dicapai membuat sinetron satu ini jadi pembeda pada masanya. Sinetron ini jauh berbeda dengan sinteron pada film masa itu, sinteron satu ini bukan tentang cinata melulu. Sinetron ini adalah kisah yang begitu dekat dengan realitas hidup, dan banyak pesan moral yang bisa diambil dari setiap dialog yang tercipta dan tokoh utamanya.

Pada masa itu yakni era 90an, kebanyakan sinetron menceritakan keluarga kaya raya dengan gaya hidup yang glamor. Berbeda dengan sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang justru menceritakan keluarga sederhana dan mengakat unsur budaya. Sinetron dengan kisah relaitas hidup masa itu; perjuangan keluarga sederhana berrjuangan hidup mancari rezeki di Ibu Kota bagi Doel dan keluarga dan pendatang dari Jawa seperti Karyo (Alm. Basuki). Jakarta dianggap sebagai ladang mencari rupiah paling top meski persaingannya juga keras.

Sosok Doel tampil sebagai anak Betawi asli mendobrak stigma negatif masyarakat terhadap orang Betawi yang dinilai pemalas. Mengutip pendapat pengamat budaya Betawi, JJ Rizal dirinya menilai bahwa hadirnya sosok Doel telah memberi perspektif baru atas stereotipe yang sedang marak dibuat dalam aneka media dari cetak sampai layar lebar bahwa orang Betawi itu identik dengan jagoan main otot saja, pemalas yang terbelakang, dan mengandalkan hidup hanya dari jual tanah. Doel melakukan yang sebaliknya. Anak Betawi digambarkan jago main pikiran, pekerja keras yang berpikir progresif akan masa depan dan berusaha berdikari dari yang dimiliki dengan berhemat.

Lewat pemeran-pemeran utamanya sinetron ini kaya akan pesan moral yang bisa ditangkap penonton. Hal yang mulai langka kita jumpai pada sinteron hari ini. Pertama Karakter si Doel yang mencerminkan sosok protagonis yang meski diliputi kesederhanaan, namun sangat gigih mencapai mimpi. Keterbatasan ekonomi pun tak menjadi halangan baginya untuk menggapai gelar sarjana.Eits, jangan lupa dengan sikap idealis dan agamisnya, serta betapa sayang dan berbaktinya ia pada tokoh Enyak dan Babe. Sungguh sikap yang jarang dipunyai oleh generasi masa kini.

Baca juga: Diadopsi dari Kisah Nyata, Ini Film Horor Indonesia yang Bikin Anda Merinding

Kedua, karakter Babe sabeni yang menujukan sikap tegas dan pemarah namun penyayang. “Doel, biar Babe tukang ngomel, namenye ama anak, biar kaki bakal kepala, kepala bakal kaki, demi Lu, Babe ikhlas”. Siapapun pasti akan tersentuh mendengar kalimat Babe yang satu ini. Tokoh Babe menggambarkan sosok ayah yang tegas, namun sangat sayang pada keluarga dan rela berkorban dengan segala keterbatasannya demi kebahagiaan Enyak, Doel, dan Atun. Setiap omelan yang keluar dari bibirnya selalu mengandung maksud yang baik. Karakter Babe ini sangat mewakili keinginan setiap orang tua yang rela berkorban agar anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik dari mereka.

Ketiga, Nyak Lela ibunya si Doel yang berperan sebagai sosok Bijaksana, lembut, dan penuh kasih sayang. 3 sifat ini pun terasa masih kurang untuk menggambarkan betapa idealnya sosok ibu yang melekat pada tokoh mpok Lela, enyak si Doel. Nyak Lela adalah representasi sesungguhnya dari sosok Ibu Indonesia yang sarat akan keluhuran budaya timur. Bahkan ketika tokoh Babe wafat pun, tak meruntuhkan keteguhannya sebagai seorang istri yang setia dan ibu yang berdedikasi. Ketabahan dan ketulusannya sangat patut dicontoh oleh kaum Kartini millenial di masa kini.

Ketiga, sosok Mandra yang begitu menjadi karakter favorit dalam sinteron ini lewat Gayanya yang nyablak dan asal selalu ditunggu-tunggu oleh penonton. Unik dan nyablkanya yang khaa Betawi begitu kental dalam sosok ini. namun jangan salah dibalik karakter humoris nya terdapat jiwa yang tulus, jujur dan apa adanya. Mandra adalah sosok yang paling gigih digambarkan di sinetron ini. Mandra mengajarkan tentang betapa pentingnya arti keluarga. Lebih dari itu, sosok Mandra mengajarkan pada kita bahwa bahagia adalah hak semua orang.

Kemepat, sosok Atun yang tangguh dan ikhlas berkorban. Atun adalah gambaran sosok adik yang ikhlas dan rela berkorban. Meski tidak disekolahkan seperti si Doel, namun ia telah merasa senang dan bersyukur melihat abang kesayangannya itu dapat sekolah dan menjadi insinyur.Atun adalah karakter kuat yang tangguh. Ia tak berpangku tangan dengan segala keterbatasan pendidikannya. Hal ini terbukti dari keberaniannya untuk mengembangkan potensinya dalam berwirausaha, mengikuti jejak sang enyak.

Itulah beberapa ulasan yang menurut penulis penting untuk diuraikan dalam tulisan ini. Betapa sinteron ini begitu menarik pada masanya bahkan hingga masa kini. Sinetron ini sangat fenomenal bahakan hingga disiarkan di salah satu televisi di negeri Belanda. Tidak hanya itu saking menarik dan fenomenalnya, sintetron ini menjadi bahan riset oleh seorang peneliti di Leiden University, Belanda beranam Klarijn Loven. Penelitian yang dilakukan akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Watching Si Doel; Television, languages, and cultural identity in
contemporary Indonesia.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30