Harga jual kubis di tingkat pelelangan ladang di dataran tinggi Karo, Sumatra Utara, menurun drastis. Dua pekan silam, harga perkilogram tanaman yang sering juga disebut dengan kol itu, masih berada pada level Rp 1.500- Rp 1.800. Namun beberapa hari belakangan, tidak lagi memiliki pasaran harga jual.
“Bagaimana lagi kami menyatakan harga kepada petani ? Tidak sampai hati. Di Jakarta saja pedagang menjual Rp 2.000 perkilogram. Pembelian dengan sistem pelelangan, tentunya beriring dengan harga di Jakarta”, ujar pengirim kubis antar pulau asal Tanah Karo, Ari Wijaya , Kamis (2//7/2020) di area gudang pengumpul.
Sesuai keterangannya, saat ini ongkos pengiriman sayuran yang memiliki nama ilmiah Brassica oleracea var. capitata itu, ke Jakarta Rp 1.300 perkilogram (ekspedisi). Biaya operasional mulai dari tenaga kerja, transport dari ladang hingga gudang (langsir,red) dan kemasan (tali, rajut, dan kertas) Rp 600/Kg.
“Seluruh biaya operasional siap jual sampai di Jakarta Rp 1.900. Sementara harga jual menjelang dua pekan ini di Jakarta, hanya dikisaran Rp 2.000/Kg. Berapa lagi harga beli yang kami tawarkan kepada petani ? Info dari rekanan di Jakarta, disana juga penjualan kurang lancar. Mungkin dampak dari sejumlah aturan yang diberlakukan terkait COVID-19”, ujarnya.
Situasi sekarang ini, harga beli di tingkat pelelangan di ladang antara petani dan pembeli hanya sebatas nilai kemanusiaan. Tanpa ada standarisasi harga. Memanag diakuinya bahwa penjualan antar pulau selain ke Jakarta juga tetap berlangsung, namun dalam kuota yang tidak begitu besar. Ekspor kol ke negara jiran beberapa pekan ini juga ada.
Baca Juga: Kisah Orang Belanda yang Nekat Membuktikan Cerita Seram dari Warga di Gunung Patuha
“Kiriman kol kita terbanyak ke Jakarta, ke luar negeri terbatas, itupun jika mereka minta. Kita kalah saing dengan kol Cina. Saat ini keluar pula kol dari Korea. Jadi lengkaplah penderitaan kita antara petani dan pedagang. Yang kami kirim saat ini, adalah kubis hasil lelang dua pekan silam dengan variasi harga antara Rp 1.500-1.800. Petani dan pengirim di Karo sama-sama KO” ujar Wijaya.