Para ilmuwan di Amerika Serikat (AS) mulai mengembangkan terapi antibodi sebagai langkah pengobatan pasien terinfeksi virus corona (covid-19). Upaya itu dilakukan terkait pemenuhan kebutuhan pengobatan yang berpeluang besar tersedia tahun ini dibandingkan vaksin yang diprediksi tersedia tahun depan.
Kendati demikian, antibodi yang merupakan protein yang dibuat tubuh untuk melawan infeksi, dalam fungsi kerjanya hanya bertahan satu atau dua bulan dan kemudian menghilang. Jauh dari keuntungan vaksin yang bekerja lebih lama.
Baca Juga: Update Corona di RI: 54.010 Positif, 22.936 Sembuh, 2.754 Meninggal
Terapi antibodi juga akan dikhususkan untuk mengobati sementara populasi yang rentan, seperti lansia, pasien dengan komorbid dan tenaga kesehatan yang terpapar.
Dilansir dari CNN, Minggu 28 Juni 2020, Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional (NIAID) Anthony Fauci mengatakan terapi ini akan sangat penting bagi tubuh dalam perang melawan covid-19.
"Saat ini, kami memiliki dorongan besar untuk mengembangkan antibodi monoklonal, plasma pemulihan, dan globulin hiperimun, yang semuanya didasarkan pada prinsip yang sama menggunakan antibodi yang diarahkan terhadap virus, baik untuk profilaksis atau pengobatan," kata Fauci.
Berkaca pada kondisi pengobatan pandemi flu 1918 silam, dokter membuktikan plasma darah yang dipenuhi antibodi dari pasien yang sembuh dari penyakit dapat melawan flu.
Plasma pemulihan telah digunakan untuk mengobati flu parah, MERS dan SARS dan sekarang beberapa dokter di AS mulai melihat beberapa keberhasilan itu untuk mengobati covid-19.
Sementara itu, Wakil Presiden Riset Industri di BIO David Thomas mengatakan dibanding dengan penyakit lainnya, penelitian dan pengembangan pengobatan covid-19 diakui bergerak paling lamban.
Ia menambahkan saat ini setidaknya ada 102 perawatan antibodi Covid-19 dalam berbagai tahap pengembangan. Thomas mengatakan beberapa terapi dirancang untuk mengobati efek sekunder covid-19, seperti peradangan. Sedang, yang lain sedang dirancang untuk membunuh virus corona itu sendiri.
Sedangkan perkembangan penelitian di Indonesia, teranyar lembaga penelitian pemerintah di bidang biologi molekuler, Eijkman, mengembangkan pengobatan alternatif untuk pasien covid-19, terapi plasma convalescent yang dipraktikkan di sejumlah negara.
Baca Juga: Viral Mobil Ambulans Desa Angkut Kambing, Wabub Lumajang Geram
Terapi plasma convalescent menggunakan plasma darah pasien covid-19 yang sudah sembuh. Antibodi terhadap virus penyebab covid-19, SARS-CoV-2, di plasma pasien sembuh bakal didonorkan ke pasien yang masih menjalani perawatan.