Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengklaim berhasil meningkatkan perekonomian daerah melalui nilai-nilai warisan Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
"Ada banyak pikiran Bung Karno, bukan dari sisi kenegaraan saja, namun juga budaya, ekonomi, dan sosial yang bisa diterapkan di tingkat lokal. Pemikiran ini yang kami coba terapkan di Banyuwangi," ucap Anas dalam diskusi virtual bertajuk Sukarno Festival, Minggu 21 Juni 2020.
Dari sisi budaya, Pemkab Banyuwangi mengutamakan pengembangan budaya lokal untuk meningkatkan perekonomian.
Baca Juga: Hebat, 21 Pasar di Surabaya Dilengkapi Tirai Plastik Sambut New Normal
Salah satunya, Festival Gandrung Sewu yang kerap digelar secara tahunan untuk melestarikan budaya khas Banyuwangi. Hasilnya, sambung Anas, festival ini mampu mendongrak sektor pariwisata yang kemudian memberi sumbangan ke perekonomian Banyuwangi.
"Bahkan, alun-alun di Banyuwangi hanya boleh digunakan untuk panggung kesenian tradisi berbasis rakyat. Pentas seni modern dilarang digelar di alun-alun," ujarnya.
"Kami melarang pendirian hotel melati baru untuk memberikan ruang bagi homestay dan penginapan skala kecil. Kalau hotel budget dibolehkan, akan menghilangkan kesempatan," ucapnya.
Tak hanya itu, Anas menyatakan, Pemkab Banyuwangi juga tidak memberikan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk usaha ritel modern, seperti Alfamart dan Indomaret. Bahkan, IMB tercatat sudah tidak terbit dalam 10 tahun terakhir.
Hasilnya, ia mengklaim setidaknya kebijakan-kebijakan yang berlandaskan nilai-nilai dari Sukarno mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dan daerah. Hal ini tercermin dari peningkatan pendapatan per kapita Banyuwangi dari Rp14 juta menjadi Rp51,8 juta pada 2020.
Menurut catatannya, tingkat pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi lebih tinggi dari daerah-daerah di sekitar kabupaten.
Misalnya, pendapatan per kapita Kota Probolinggo sebesar Rp47,84 juta, Kabupaten Malang Rp39,81 juta, Kabupaten Jember Rp31,51 juta, Kota Blitar Rp31,4 juta, dan Kabupaten Lumajang Rp31,36 juta.
Baca Juga: PSBB Transisi Ganjil-Genap di DKI Jakarta Belum Berlaku
Angka kemiskinan Banyuwangi bahkan berada jauh di bawah beberapa daerah di sekitarnya seperti Kota Probolinggo (17,76 persen), Kabupaten Malang (9,47 persen), Kabupaten Jember (9,25 persen), dan Kota Blitar (8,94 persen). Sampang (20,71 persen) dan Sumenep (19,48 persen) menjadi daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa Timur.