Virus corona sudah menyebar ke berbagai negara di dunia bahkan tak hanya itu saja pasalnya beberapa negara juga sedang mengembangkan obat anti virus tersebut, namun tak hanya itu saja di saat banyak negara masih berusaha menemukan vaksin untuk COVID-19, Rusia justru akan memulai menyetujui obat pertama untuk COVID-19 pada pasien pekan depan.
Namun tak hanya itu saja pasalnya langkah ini juga diharapkan bisa meredakan ketegangan pada sistem kesehatan dan mempercepat perbaikan kehidupan ekonomi menjadi normal kembali.
Bahkan tak hanya itu saja pasalnya Kepala Dana Kekayaan Berdaulat Rusia RDIF mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara, rumah sakit- rumah sakit Rusia bisa memulai memberikan obat antivirus, yang terdaftar di bawah nama Avifavir, kepada pasien mulai 11 Juni. Dia mengatakan bahwa perusahaan yang memproduksi obat itu akan membuat cukup obat untuk mengobati sekitar 60.000 orang sebulan.
Baca Juga: 627 Pusling Jabar akan Disulap Jadi Mobil Corona, Tersebar di 27 Kabupaten
Namun tak hanya itu saja pasalnya dilansir dari laman Times of India, saat ini tidak vaksin untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru. Uji coba pada manusia dari beberapa antivirus yang ada belum menunjukan efikasi.
Obat antivirus baru dari Gilead yang disebut dengan remdesivir telah menunjukkan harapan dalam uji coba efikasi yang kecil terhadap COVID-19 dan sedang diberikan pada pasien di beberapa negara di bawah aturan kedaruratan.
Bahkan sementara itu, avifavir atau secara generik dikenal dengan favipavir, pertama kali dibuat di akhir tahun 1990-an oleh perusahaan Jepang yang kemudian dibawa oleh Fujifilm saat mereka berubah menjadi perusahaan layanan kesehatan.
Baca Juga: 37 Tenaga Medis di Bengkulu Terpapar Corona saat Lepas APD
Kepala RDIF Kirill Dmitriev mengatakan, para ilmuwan Rusia sudah memodifikasi obat untuk meningkatkannya. Dia juga mengatakan Moskow akan siap untuk membagi detail modifikasi tersebut dalam dua pekan.
Tak hanya itu saja bahkan Jepang juga sudah membuat uji coba pada obat yang sama, yang dikenal di sana sebagai Avigan. Obat tersebut mendapat banyak pujian dari Perdana Menteri Shinzo dan mendapat pendanaan pemerintah sebesar USD 128 juta, tapi belum disetujui untuk digunakan.
Pasalnya Apifavir muncul dalam daftar obat yang disetujui pemerintah Rusia pada hari Sabtu.