Seperti diketahui bahwa Indonesia memang begitu kaya dengan hal mistis. Setiap daerah tak akan lepas dengan hal-hal horor.
Salah satunya cerita horor dari tanah Papua yaitu Suanggi. Hantu yang disebut Suanggi ini dianggap lebih bikin dengkul lemes, bahkan berhasil membuat masyarakat Papua selalu anteng di dalam rumah ketika malam datang.
Konon, rasa takut terhadap Suanggi yang membuat mereka enggan meninggalkan rumah ketika malam hari. Terlebih bagi mereka yang masih tinggal di pedalaman. Begitu takutnya mereka pada Suanggi, sampai-sampai bahasan tentang hantu pun seperti menjadi hal terlarang.
Baca Juga: Legenda Horor Nenek Gayung dan Kakek Cangkul: Sepasang Kekasih yang Abadi
Umumnya, masyarakat Papua malas membahas tentang Suanggi. Hal itu disebabkan oleh rasa takut mereka jika Suanggi akan datang jika diperbincangkan.
Menurut orang Papua, Suanggi memiliki bentuk seperti bola api dan melayang-layang di atas atap rumah.
Bola api tersebut dipercaya bisa membunuh orang. Konon, Suanggi adalah ilmu hitam yang dikirim oleh orang-orang yang memilikinya untuk membunuh orang yang tak disukainya. Mungkin hampir sama dengan sejenis santet.
Baca Juga: Merasa Rumah Kamu Dihuni Hantu, 5 Tips Ini Katanya Bisa Mengusir Hantu
Adapun alasan orang Papua ngeri terhadap Suanggi bukan karena wujudnya, melainkan apa yang dilakukan oleh hantu tersebut.
Konon, Suanggi bisa diminta untuk melakukan sesuatu yang jahat. Suanggi kadang kala membunuh dengan cara berkelompok. Namun juga terkadang membunuh atas kemauannya sendiri.
Seramnya, cara Suanggi membunuh pun dipercaya berbeda-beda. Konon, Suanggi bisa memakan daging manusia dari jarak jauh, dan orang yang dimakan pun akan mati karena sakit.
Baca Juga: Cerita Sang Hantu Mesum Kolor Ijo: Suka Wanita Perawan Sampai Janda
Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa yang bisa diserang Suanggi hanya orang Papua saja, sementara orang pendatang tidak mempan. Tapi menurut beberapa referensi, begitu ngerinya eksistensi Suanggi, sampai membicarakan tentang hal ini pun dianggap tabu bagi warga di sana.
