Sebuah kisah misterius yang berasal dari lautan Indonesia. Terjadi pada tahun 1940-an, ketika Indonesia masih berada dibawah kekuasaan Belanda. Kisah itu bercerita tentang tragedi karamnya kapal hantu S.S. Ourang Medan.
Dimana, ceritanya kapal ini merupakan kapal kargo Belanda yang tidak memiliki catatan sejarah, catatan pembuatan, asal atau tujuan kapal tersebut. Berdasarkan namanya, "Ourang Medan" memiliki arti kurang lebih orang yang berasal dari Medan, Sumatera. Namun, baik pihak Indonesia dan pihak pemerintah Belanda merasa tidak memiliki kapal tersebut.
Kala itu media komunikasi kapal menggunakan gelombang radio dan peralatan yang dapat menerjemahkan ketukan menjadi bahasa sandi morse. Di hari ketika peristiwa nahas menimpa kapal S.S. Ourang Medan, terdapat panggilan darurat yang berasal dari kapal itu.
Panggilan terdeteksi oleh kapal-kapal Belanda hingga Inggris yang menyebutkan "Semua awak kapal termasuk kapten sudah tewas, kemungkinan seluruh awak mati," katanya.
Lalu beberapa menit kemudian hiruk pikuk kode Morse kembali memanggil, pesan terakhir diduga ditulis sendiri oleh operator radionya yang berkata "Saya hampir mati".
Panggilan darurat itu direspon oleh salah satu kapal berbendera Amerika Serikat, S.S. Silver Star yang berada tidak jauh dari lokasi kapal. Mereka segera mengirimkan sandi morse jawaban atas permintaan tolong tersebut, namun sudah tidak ada tanggapan lagi. Setelah kapal terlihat, kru S.S. Silver Star segera turun ke geladak kapal itu untuk menyelematkan kru Ourang Medan yang masih hidup.
Sayangnya semua kru sudah mati, tubuh mereka berserakan di geladak kapal persis seperti yang dijelaskan dalam pesan morse. Bukan hanya itu, mayat-mayatnya ditemukan dalam kondisi aneh. Wajah mereka terlihat ketakutan, kulitnya pucat, gigi rapat namun kedua bibirnya terbuka, mata melotot dan lengan terjulur seperti sedang mencengkeram sesuatu untuk menghalau hal yang di depannya. Seekor anjing di dek kapal juga mati, membeku dalam keadaan mengerikan, menggeram di tengah penyerang atau kengerian yang tidak diketahui.
Keanehan juga terjadi ketika kru S.S. Silver Star berada di palka, mereka merasakan udara lebih dingin padahal suhu udara kala itu mencapai 43 derajat celcius. Tiba-tiba terjadi kebakaran di perut kapal Ourang Medan, memaksa kru penyelamat bergegas keluar dari kapal. Tidak lama setelah itu, kapal meledak dengan kekuatan luar biasa, sebelum tenggelam tanpa bekas dikedalaman Selat Malaka.
Kedua kejadian ini menjadi misteri untuk direnungkan: apa yang menyebabkan kematian massal kru Ourang Medan, dan apa yang menyebabkan ledakan selanjutnya?
Anehnya lagi setelah ditelusuri identitasnya ternyata tidak ada catatan registrasi S.S. Ourang Medan dalam register kapal Pengiriman Lloyd, juga tidak ada rekaman resmi tentang 'insiden' di atas kapal yang dapat ditemukan. Alasan tanggal pasti kejadian tersebut sangat sulit untuk ditentukan karena laporan surat kabar menceritakan berbagaiversi cerita dalam periode waktu tertentu, masing-masing menambah dan memperindah detail peristiwa. Namun, orang percaya dan bersumpah bahwa kisah mustahil dan fantastik itu benar-benar benar.
Ketidakadaan registrasi kapal bisa jadi karena sebenarnya Kapal S.S. Ourang Medan terdaftar di Sumatra. Profesor Theodor Siersdorfer, seorang peneliti Jerman yang telah meneliti kasus mempesona selama sekitar setengah abad, menemukan sebuah publikasi Jerman kuno dari tahun 1953, berjudul Das Totenschiffin der Südsee, atau Kapal Kematian di Laut Selatan.
Buklet kecil milik cendekiawan yang sekarang sudah meninggal, Otto Mielke, diyakini oleh beberapa orang menawarkan bukti bahwa kapal itu nyata, seperti nasib tragisnya. Fakta didalamnya menawarkan kemungkinan menarik penyebab ledakan yang mengirim Ourang Medan ke kedalaman laut.
Das Totenschiffin der Südsee menunjukkan adanya bahan potasium sianida dan nitrogliserin disimpan di bawah kapal Ourang Medan. Jika demikian, tentu ini bisa menjelaskan ledakan tiba-tiba kapal tersebut. Sedangkan aktivitas samar para kru yang tidak terdeteksi ada kaitannya dengan ketegangan iklim internasional pada akhir Perang Dunia II. Bahan-bahan yang diangkut kapal sangat sensitif dan akan memicu insiden yang cukup jika digunakan secara sembarangan.
Berbagai spekulasi juga muncul untuk menjelaskan kematian kru kapal yang mengenaskan. Serangan bajak laut tentu tidak akan keluar sebagai penyebab kematian kru, karena sebagian besar mengklaim bahwa tubuh mayat tidak ada yang terluka. Keadaan ini mengisyaratkan ada pelepasan gas berbahaya dari bahan-bahan yang dibawa kapal.
Walaupun masih ada kemungkinan yang dapat menjadi penyebab tragedi kapal hantu ini, tapi satu hal yang pasti: kasus ini adalah salah satu yang paling menarik dalam sejarah bahari, dan sangat mirip dengan identitas Jack the Ripper yang tak terhitung banyaknya misteri yang belum terpecahkan.