Idul Fitri adalah hari kemenangan. Idul Fitri juga adalah hari perayaan, dimana seluruh umat muslim merayakan kemenngan setelah sukses menahan nafsu selama sebualn lamanya. Idul Fitri adalah bulan dimana setiap muslim kembali fitri atau suci.
Sebagai salah satu hari besar yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim, Idul Fitri dirayakan dengan penuh suka cita. Dalam menyambut Idul Fitri kebanyakan umat muslim mengekspresiaknnya dalam hal-hal materi yang bersifat baru, baju baru, sarung baru, sejadah baru.
Namun hakikatnya Idul Fitri harus disambut dengan jiwa yang baru. Baru dalam arti suci dan bersih dari segala kotoran dosa dan nafsu. Maka merayakan kemenanagan atas hawa nafsu, juga merayakan kebaruannya hati dan jiwa patutunya diekspresikan dengan hal-hal yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Melantunkan Takbir
Amalan sunnah saat Idul Fitri yang pertama adalah melantunkan takbir. Melantunkan takbir ini biasanya sudah dimulai dari terbenamnya matahari pada malam Idul Fitri hingga imam hendak sholat Idul Fitri. Dalam suatu riwayat disebutkan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar hendak sholat pada hari raya Idul Fitri sambil bertakbir sampai di lapangan dan sampai sholat hendak dilaksanakan. Ketika sholat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.”
Mandi dan Berhias Diri
Amalan sunnah saat Idul Fitri yang kedua adalah dengan mandi dan berhias diri. Mandi ketika Idul Fitri adalah sunnah. Hali ini juga disebutkan dalam salah satu hadist yang diriwayatkan Ibnu Umar,
“Dari Nafi’, (ia berkata bahwa) ‘Abdullah bin ‘Umar biasa mandi di hari Idul Fithri sebelum ia berangkat pagi-pagi ke tanah lapang.” (HR. Malik).
Adapun niat mandi sunah Idul Fitri adalah,
Nawaitul ghusla sunnatan li ‘idil fithri lillahi ta’ala.
Artinya, “Saya niat mandi sunah untuk Idul Fitri karena Allah ta’ala”.
Untuk waktu pelaksanaannya sendiri bisa dilakukan mulai dari pertengahan malam Idul Fitri.
Selain mandi, disunahkan bagi laki-laki untuk membersihkan diri dan memakai pakaian terbaik yang dimilikinya, juga memakai minyak wangi dan bersiwak.
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki jubah khusus yang beliau gunakan untuk Idul Fithri dan Idul Adha, juga untuk digunakan pada hari Jum’at.” (HR. Ibnu Khuzaimah, dalam kitab shahihnya, 1765).
Sedangkan untuk perempuan, tidak dianjurkan untuk berhias dengan mengenakan baju yang mewah dan menggunakan minyak wangi.
Makan Sebelum Salat Idul Fitri
Amalan sunnah saat Idul Fitri yang ketiga yaitu makan terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar pada hari Idul Fithri (ke tempat shalat, pen.) sampai beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu. Beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Bukhari)
Mengucapkan Selamat
Amalan sunnah saat Idul Fitri keempat adalah saling mengucapkan selamat. Saling mengucapkan selamat juga termasuk sunnah yang baik yang bisa dilakukan di hari Idul Fitri. Ucapan selamat sebaiknya diucapkan dalam bentuk doa seperti dengan ucapan “taqabbalallahu minna wa minkum” (semoga Allah menerima amalan kami dan kalian).
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied, satu sama lain saling mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fath Al-Bari, 2: 446)
Imam Ahmad berkata,
“Tidak mengapa (artinya: boleh-boleh saja) satu sama lain di hari raya ‘ied mengucapkan: Taqobbalallahu minna wa minka.” (Al-Mughni, 2: 250).
Mengambil Jalan yang Berbeda Saat Pergi dan Pulang dari Masjid
Amalan sunnah saat Idul Fitri yang terakhir adalah dengan mengambil jalan yang berbeda antara pergi ke masjid dan pulang dari masjid atau tempat ibadah. Sebagaimana hal ini telah disebutkan dalam hadist dari Jabir,
“Nabi SAW ketika hari raya mengambil jalan yang berbeda (antara pergi dan pulangnya).” (HR. Bukhari)
Dengan mengambil jalan yang berbeda antara berangkat ke tempat ibadah dan pulang dari ibadah, dimaksudkan untuk membagi kebahagiaan kepada orang-orang lain ketika di jalan dengan senyum dan salam. Selain itu, amalan ini juga menjadi syiar Islam dan juga memperbesar peluang silaturahmi antar kerabat dan yang lainnya.