Tombak Sulu-sulu yang berada di Desa Marbun Tonga Marbun Dolok, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Provinsi Sumatera (Utara) merupakan salah satu situs budaya, dimana tempat ini terdapat goa tempat kelahiran dari Raja Sisingamangaraja I.
Ketika memasuki kawasan Tombak Sulu-sulu, akan terasa suasana yang tenang dan hawa sejuk. Saat saya mendekati lokasi Tombak Sulu-sulu terdapat satu pendopo sederhana. Disana, kamu akan mendapat penjelasan aturan yang harus dipatuhi, seperti dilarang berkata kotor, lalu membersihkan muka dengan minum air perasan jeruk purut dari penjaga Tombak Sulu-sulu.
Unte pangir sebutan untuk jeruk purut dari tanah Batak, melambangkan sebagai pembersih tubuh bagi raga manusia. Pengunjung yang sedang datang bulan atau menstruasi diharapkan juga untuk meminum air perasan Unte pangir. Setelah pengunjung meminum dan cuci muka dengan air dari unte pangir, sudah dinilai layak untuk masuk di Tombak Sulu-sulu.
Diketahui, banyak wisatawan yang mengambil foto di Tombak Sulu-sulu hasilnya gelap atau gambarnya hitam semua. Hal ini disampaikan oleh penjaga Tombak Sulu-sulu.
Warga juga tak diperkenankan membawa makanan haram seperti daging babi dan anjing masuk ke dalam lokasi. Sebab, pantangan itu dilakukan karena Raja Sisingamangaraja menganut ajaran Parmalim. Itu menjadi salah satu pantangan jika datang ke Tombak Sulu-sulu.
Hal tersebut juga berlaku kepada seseorang yang baru saja memakan daging babi. Ia tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam goa.
Sebelum memasuki goa, pengunjung diharuskan melepas alas kaki. Masuk di gua tanpa alas kaki adalah tradisi untuk menjaga kesucian tempat tersebut. Oleh karena Tombak Sulu-sulu merupakan tempat yang sakral.
Walaupun jarak pintu masuk dengan goa sangat dekat, rasanya seakan berjalan lumayan jauh. Pengalaman ini tentunya akan berbeda pada tiap orang. Ketika menuju ke goa tersebut, harus berjalan pelan-pelan dan menentukan tumpuan yang pas. Terdapat banyak bebatuan yang tajam dan licin, jika saya salah menentukan tumpuan akan tergelincir dan dapat membahayakan keselamatan.
Setelah melewati jalan yang terjal akhirnya maka sampailah di depan goa dari Tombak Sulu-sulu. Goa terbilang cukup besar, di dalam gua tersebut dapat diisi sebanyak lima sampai enam orang.
Keadaan di dalam goa terasa lembab dan sejuk. Suasana hening dan gelap, jika di luar sedang gerimis, tetapi air hujan tidak akan masuk ke dalam gua.
Gua tersebut kini masih sering dikunjungi wisatawan untuk berdoa. Mereka percaya dengan berdoa di Tombak Sulu-sulu doa mereka akan dikabulkan. Doa yang dipanjatkan seperti ingin memiliki jodoh dan mendapat kerutunan.
Ketika duduk di dalam gua kamu akan melihat daun sirih, telur lalu jeruk putur. Penjaga Tombak Sulu-sulu menjelaskan jika itu tidak boleh diambil.
Warga setempat percaya, sesajen itu biasanya dibawa oleh para pengunjung atau peziarah ketika datang ke lokasi tersebut. Para peziarah sebagian besar berdoa untuk Raja Sisingamangaraja.
Terdapat cerita mitos yang ada di masyarakat setempat. Konon jika ada seseorang yang datang dan berniat buruk bagi gua tersebut, akan diserang oleh ular kobra. Anehnya ular kobra itu hanya muncul saat ada oknum yang ingin mencuri, merusak, mengotori Tombak Sulu-sulu.